"Kamu diem aja, oke?"
Gue noleh ke Bara, terus anggukin kepala beberapa kali.
Sekarang ini gue sama Bara pengen nyamperin Bang Ahmad buat permasalahan semalem.
Iya, setelah diskusi dan dengan beberapa pertimbangan, Bara akhirnya ngebolehin gue ikut dia.
Maksudnya sih biar langsung aja gitu loh. Masalahnya bisa cepet kelar. Kalaupun ada salah paham ya biar cepet-cepet dibenerin juga. Dan salah satu caranya dengan kehadiran gue. Supaya kalau ada apa-apa yang mau dibahas atau ditanyain, gue bisa langsung jawab.
Ya takut aja, 'kan, kalau nanti ada omongan lain yang keluar dari mulut Bang Ahmad ke Bara. Terus omongannya bikin gue sama Bara malah jadi ribut.
Ih amit-amit. Jangan sampe.
Meskipun katanya ribut sama pasangan itu wajar dan bisa disebut sebagai bumbu-bumbu dalam sebuah hubungan, kalau kebanyakan bumbu, 'kan, nggak enak juga.
"Weh? Bara. Tumben lo ke sini? Ada apa nih?"
Itu adalah kalimat sapaan pertama yang bukan keluar dari mulut Bang Ahmad. Melainkan temennya, yang juga kenal Bara dan pernah satu tim di tim futsal dulu.Denger sapaan itu, Bang Ahmad yang sebelumnya duduk dengan posisi munggungin gue sama Bara, langsung noleh ke belakang. Dia kelihatan kaget pas lihat muka Bara. Tapi enggak pas dia lihat muka gue.
Well, mungkin dia nggak berekspektasi kalau gue bakal dateng sama Bara.
"Oit, Bang!" sapa Bara balik ke kakak tingkat yang nyapa dia tadi. Terus Bara noleh ke Bang Ahmad. "Boleh ngomong sebentar nggak, Bang?"
Bisa gue lihat Bang Ahmad neguk ludah. Entah ini perasaan gue doang atau gimana, tapi gue bisa lihat gimana gelagat Bang Ahmad yang jadi nggak nyaman. Dia juga lagi berusaha buat berekspresi setenang mungkin.
"Apaan?" sahut Bang Ahmad.
Bara ngedarin pandangannya ke sekitar.
"Nggak di sini, Bang."
"Kenapa?" tanya Bang Ahmad lagi. Nada bicaranya agak tengil. Bisa gue lihat beberapa temen Bang Ahmad yang langsung lihat-lihatan.
Semacam saling telepati lewat ekspresi.
"Di sini aja. Gua nggak punya banyak waktu," ucap Bang Ahmad ke Bara. Setelah ngomong gitu, dia ngelirik ke arah gue sekilas.
"Oh." Sahut Bara. Bisa gue rasain tendensi yang meningkat dari cara Bara ngucap kata oh barusan. "Ya udah kalau itu mau lo. Gua omongin di sini."
"Ya udah cepet. Nggak usah basa-basi."
"Maksud lo apa ngechat pacar gua terus bilang kalau dia nggak boleh kasih tahu gua?" tanya Bara to the point.
Bikin semua perhatian para mahasiswa yang ada di sini langsung terpusat ke kita bertiga. Gue, Bara, sama Bang Ahmad.
Ah, fyi, sekarang ini gue lagi ada di kantin belakang yang cuma didatengin sama cowok-cowok. Nggak ada peraturan yang tertulis sih kalau yang dateng ke sini cuma boleh cowok aja. Tapi ya emang khasnya begitu. Nggak banyak mahasiswi yang mau makan di sini.
Nggak heran, buat gue dan cewek-cewek lainnya, ada di tempat yang dipenuhin sama banyak cowok tuh kadang bikin nggak nyaman. Even itu cuma di tempat makan sekalipun.
"Ya emang kenapa? Gua ada urusannya sama dia. Bukan sama lo. Wajar dong kalau gua bilang jangan kasih tahu lo?" sahut Bang Ahmad lagi.
"Urusan apa sampe perlu basa basi pake nanya lagi apa dan good night segala?"