Gue hela napas panjang setelah beberapa detik melongo.
"Jadi lo juga udah tahu kalau orangtua sama abang gue tahu?"
Bara yang posisinya nggak jauh dari posisi gue berdiri cuma anggukin kepalanya.
"Ya menurut lo aja, Dit, gua sering dateng ke rumah lo. Nggak mungkin mereka mikir kita cuma sekedar temen."
Yas, that's my Bara dengan segala hal logisnya.
Tapi asli.
Gue nggak kepikiran soal itu. Makanya gue kaget pas Bang Putra bilang kalau orang di rumah udah pada tahu soal hubungan gue sama Bara.Dan lebih kaget lagi ketika Bara bilang dia juga udah ngira begitu.
Bener-bener deh, di sini tuh kayaknya cuma otak gue yang males buat diajak mikir. Kalaupun iya, lemot banget.
Gue mukul-mukulin pelan jidat gue. Bisa-bisanya di sini cuma gue doang yang nggak nyadar.
"Jangan dipukulin gitu lah, emang nggak sakit apa?" tanya Bara sambil narik tangan gue yang lagi asyik silaturahmi sama jidat sendiri.
Gue kaget karena tiba-tiba Bara ngedeket dan sedeket ini posisinya sama gue.
Kalau diukur sama pake penggaris butterfly mungkin kurang dari 20 sentimeter.
Refleks gue dorong Bara supaya mundur.
"Jangan deket-deket ih!" kata gue sambil lempar muka bete ke dia.
"Kenapa dah?" tanya Bara bingung.
"Kasian jantung gue nanti melorot."
Gue langsung nutup mulut.
Keceplosan hehe.
"Zodiak lo apa sih, dit? Gemini ya?"
"Hah?"
Gue bingung.
"Kok tiba-tiba nanyain zodiak?"