6. KHAWATIR

11.3K 823 13
                                    

HAY GAYS!

SEBELUM BACA HARAP FOLLOW DAN VOTE TERLEBIH DAHULU! KARENA ITU GRATIS!

BUKAN LAPAK PENULIS RAPIH!

TANDAI JIKA TYPO!

HAPPY READING BLACKCARLOSVER🦅 🏁
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖








"Gimana?" Tanya Cakra yang baru datang.

"Nggak tau."

"Psst pssst" Bisik Andre kepada Devan yang disampingnya.

"Apaan?"

"Itu, Bos kok kayak khawatir sama tuh cewek?"

"Ho'oh. Apa jangan-jangan, Bos suka sama tu cewek!" Tebak Devan asal. Sebenarnya, Rakha mendengar apa yang dibicarakan Andre maupun Devan, tetapi ia memilih untuk tidak peduli.

"Bos khawatir?"

Celetukan Samudra, berhasil membuat Rakha yang tadinya mondar-mandir jadi berhenti dan menatap tajam ke arah Samudra. Sang empu yang ditatap langsung menundukkan kepala sambil meringis pelan.

Drrt

Terdengar suara pintu knop rumah sakit terbuka lalu keluarlah seorang Dokter yang menangani Anara. Langsung saja, Rakha menghampiri Dokter tersebut.

"Maaf, anda siapanya Pasien?"

Rakha terdiam sebentar saat dokter menanyakan ia siapanya Anara, terpaksa Rakha berbohong demi mengetahui apa yang terjadi dengan Anara.

"Saya, saudaranya Dok."

"Baik, apakah anda tau kalau Pasien menderita magg?"

Rakha sempat terkejut mendengar penuturan Dokter, gadis mungilnya mengalami penyakit magg? Rakha hanya menggelengkan kepalanya pelan sebagai jawaban.

"Magg Pasien kambuh, akibat Pasien tidak menjaga pola makannya dengan teratur. Nanti kalau Pasien sudah sadar, saya akan memberikan resep dan vitamin untuk Pasien, oh ya Pasien sudah bisa dijenguk."

"Makasih Dok!"

"Kalau begitu, saya permisi" Pamit Dokter itu. Rakha dan yang lain kompak menganggukkan kepala, setelah Dokter tadi pergi barulah mereka masuk ke ruangan.

Rakha melihat Anara yang sedang terbaring lemah, bibirnya yang pucat tak seperti biasanya membuat Rakha merasa bersalah.

Engh

Lenguhan kecil keluar dari bibir mungil Anara, Rakha yang melihat itu langsung mendekati Anara yang membuka matanya perlahan.

Anara mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk di ruangan tersebut, perlahan mata Anara terbuka sempurna dan objek yang pertama ia lihat adalah enam pemuda yang mengelilinginya.

"Neng geulis udah bangun?"

Anara menoleh ke arah suara yang menanyakan keadaannya, Anara tidak tau siapa itu seingatnya ia pemuda yang di kantin tadi. Anara hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Keluar!" Perintah Rakha, Gavin maupun yang lain langsung keluar dari ruangan tersebut.

"Kenapa gak bilang?" Tanya Rakha membuat Anara mengernyit bingung.

"Bilang?"

"Ck, kenapa gak bilang kalo lo belum makan?" Jelas Rakha lagi.

"Soalnya tadi pagi, Ana telat bangun. Terus di kantin tadi emm, kakak udah tau pasti."

Tok!

Tok!

Suara ketukan pintu terdengar, mengalihkan pandangan Rakha dan Anara ke sumber suara tersebut.

"Permisi," Ucap seorang Suster. Setelah itu ia masuk dengan membawa nampan yang berisi bubur dan air putih.

"Waktunya Kakak makan ya." Ucap Suster tersebut sembari mendekati Anara dengan semangkuk bubur.

"Biar saya saja, Sus."

Suster tersebut mengangguk patuh, kemudian ia menyerahkan mangkuk itu ke Rakha.

"Baik kalau begitu, saya permisi"

Setelah Dokter yang menangani Anara keluar, Rakha mengambil mangkuk lalu mengaduknya perlahan. Sesekali ia meniupnya pelan, karna bubur itu masih terasa panas.

"Kak, biar Ana sendiri"

Anara hendak mengambil bubur itu namun Rakha segera menjauhkannya, alhasil Anara tidak bisa menggapainya.

"Bawel! Buka mulutnya!" Perintah Rakha. Anara pun membuka mulutnya dan menerima suapan dari Rakha dengan pasrah.

Kini, ruangan itu hanya terdengar bunyi dentingan sendok yang saling beradu dengan mangkuk kaca.

Tanpa Rakha dan Anara ketahui. Devan, Andre dan Samudra mengintip obrolan mereka sedari tadi sedangkan Gavin dan Cakra hanya duduk dikursi tunggu sambil memainkan HP mereka masing-masing.

"Fixs! si Bos udah ada pawang!" Celetuk Samudra yang melihat Rakha dengan telaten menyuapi Anara.

"Tapi, masa secepet itu si Bos jatuh cinta sama tu cewek!" Heran Andre sambil melirik Samudra dan Devan.

"Ho'oh, hmm kayaknya ada udang di balik bakwan nih" Ucap Devan sambil mengendus-endus layaknya anjing pelacak.

••••••

"Kwak uwdah!"

Anara berusaha berbicara pasalnya Rakha terus menerus memasukkan bubur ke dalam mulutnya tanpa henti. Tak lama, Rakha menjauhkan mangkuk berisikan bubur yang tinggal sedikit itu.

Rakha menyodorkan obat kecil dan segelas air putih yang langsung di terima Anara, Anara terdiam sejenak lalu menarik nafas dalam. Setelah itu, ia meminum obat itu.

"Makasih Kak." Ucap Anara, Rakha hanya berdehem sebagai jawaban.

"Istirahat! Besok pulang." Titah Rakha. Setelah mengucapkan itu, Rakha keluar ruangan.

Drrt

Bruk!

"Anjir! Muka gue!"

"Pinggang gue!"

"Mamak! Sakeet!"

Rakha yang baru membuka pintu dikejutkan dengan kemunculan para penguping, siapa lagi kalau bukan Andre, Devan dan Samudra.

Mereka bertiga jatuh dengan tidak estetik, Gavin dan Cakra yang melihat itu menggelengkan kepalanya masing-masing.

"Pulang!"

"Lo?"

"Gue tidur disini."

Cakra dan Gavin mengangguk mereka berdua pulang, Andre, Devan dan Samudra susah payah untuk bangkit alhasil Andre dan Devan berjalan tertatih-tatih sedangkan Samudra mengusap wajahnya yang mencium lantai.

Setelah itu Rakha masuk lagi ke ruangan Anara lalu duduk di kursi yang lumayan panjang, Rakha menoleh ke gadisnya yang sudah tidur akibat efek obat tadi.

RAMEIN PART SELANJUTNYA!


DIKETIK 752 KATA

HARAP VOTE+COMMENT YA! KARNA ITU SEMUA BIKIN RARA SEMANGAT BUAT UP

SEE YOU NEXT CHAP🦅🏁

Prince Of BlackCarlos [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang