Budayakan memberi vote dan berkomentar🌹
Saya tahu kalian bisa menghargai seorang penulis🌹
🥀🥀🥀
Sowon menjatuhkan sebelah telapak tangannya pada nakas, sebelahnya lagi berada di bagian perut yang menerima tusukan. Sebenarnya dia tidak dipersilahkan untuk pulang, mengingat yang masuk ke dalam perutnya itu bukan sebuah pisau, melainkan ujung runcing botol. Bisa saja terjadi infeksi berbahaya, dan memungkinkan hal buruk akan menimpa dirinya.
Padahal ranjang sudah di hadapannya, tapi harus tertahan karena rasa sakit ketika perutnya mengalami nyeri. Sowon menunduk dalam, matanya terpejam, dia meringis tertahan, menggigit bibir bagian bawah karena tidak mau ringisannya sampai terdengar.
"Tak apa ... tak apa, Sowon ... " kata Sowon, ia mencengkram perutnya karena malah semakin merasa nyeri.
Sowon membuang napas kasar, menyeka keringat dingin yang membasahi keningnya. Buru-buru dia berbalik untuk mendudukan diri di tepian ranjang, kakinya sudah lemas dan tak bisa menopang tubuh sendiri.
Aaakkkhhhh!
Dan pada akhirnya tangis Sowon pun pecah begitu saja, dia tidak bisa menahan rasa sakit setelah terduduk di tepian ranjang itu. Wajahnya mendongak, matanya terpejam, air mata jatuh begitu saja. Memang benar akibatnya akan sejauh ini, Sowon membutuhkan infusan serta istirahat total untuk memulihkan lukanya.
Tubuh itu melemas, jatuh ke samping tepat pada kepala ranjang. Pandangan matanya berubah menjadi sayu, begitu mengedip dia pun terlihat sangat lemah. Menyedihkan, itulah definisi Sowon sekarang.
"Sowon eonie!"
Sinb berlari dengan semangat, dia melompat ke ranjang dan kemudian menarik-narik baju lengan Sowon.
"Ya?" Sowon menjawab tanpa berniat mengubah posisinya.
"Coba lihat ini, Eonie!"
Sowon menoleh. "Ada apa, hm?"
"Coba lihat ke sini, ayo!"
Demi adiknya yang bersemangat, Sowon bangkit dari sandarannya, dia duduk dengan helaan napas panjang. Menggigit bibir bawahnya menahan ringisan, bagaimana pun posisi duduk lurus begini justru membuat perutnya terasa semakin nyeri.
"Bagus, 'kan?" Sinb bertanya dengan senang, menunjukkan sebuah gambar buatannya.
Sowon tersenyum. "Ya ampun, kau pandai sekali."
"Ini Ibu ... ini Ayah ... ini Sowon eonie, dan yang telakhil, Sinb!"
Sebuah gambar keluarga kecil buatan Sinb terpampang jelas di sana. Dan betapa senangnya Sowon melihat kalau adiknya mau berkarya. Seperti gambar anak-anak pada umumnya, tidak sempurna namun usahanya patut diacungi jempol.
Tangan itu berusaha lepas dari perutnya, Sowon mengusap pucuk kepala Sinb dan menatap adiknya lembut.
"Sinb belajal ini dali Omuji, Eonie tahu?"
"Benarkah? Kau belajar dengan baik, Sayangku~"
Sinb tersenyum manis, sampai matanya menyipit. "Aku itukan mau belajal!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Eonie Is Gone
Fanfiction[COMPLETED] Setelah orang tuanya meninggal tanpa sebab-akibat, Kim Sowon harus didepak dari grup yang telah membesarkan namanya. Dia dituduh sebagai anggota malas, tidak punya perasaan, dan bahkan rumor menyatakan bahwa ia membully anggota satu grup...