"Sinb!!!"
Menoleh ke sumber suara, kemudian melangkah lebih cepat dari sebelumnya. Dengan membawa satu kantung kresek berisi makanan, ia berlari menjauhi dua bocah yang memanggil namanya. Masih ingat Moon Bin? Dia sedang bermain dengan Umji, dan ketika tidak sengaja bertemu Sinb mereka langsung mengejarnya.
"Sinb tunggu!!!"
"Jangan mengejar aku!!!"
"Sinb kita harus bermain lagi!!!"
"Aku tidak mau!!!"
Brukh!
Moon Bin berhenti karena tiba-tiba saja Umji jatuh, namanya juga anak kecil. Langkah Sinb pun terhenti, ia berbalik, melihat bagaimana keadaan Umji di sana.
"Kau baik-baik saja?" tanya Moon Bin cemas.
"Sakit," keluh Umji.
Sinb masih diam, dalam hatinya sudah hadir niat untuk menolong. Begitu Umji dan Moon Bin menatap ke arahnya, Sinb langsung berbalik.
"Sinb kakiku sakit!" teriak Umji. "Bisa membantuku pulang?"
Sinb tidak berlari seperti tadi, dia hanya berjalan dengan langkah yang pelan. Moon Bin sudah berbaik hati ingin membantu Umji, tapi Umji menolak.
"Aku mau dibantu Sinb!" tolaknya. "Sinb kembali, bantu Umji!"
"Sinb jangan pergi!" teriak Moon Bin kemudian.
Sinb berbalik lagi, dengan kedua tangan yang mengepal dia menatap Moon Bin dan Umji bergatian. Dua orang itu tersenyum, Umji begitu senang saat Sinb mau berbalik.
"Sinb, ayo bermain seperti dulu lagi," pinta Umji.
"Tidak," ucap Sinb dengan gelengan kecil.
"Kenapa tidak?"
"Aku tidak butuh teman!"
Setelah mengatakan itu Sinb berbalik, kali ini dia berlari meninggalkan Moon Bin dan Umji. Dikarenakan dia lapar, jadi dia harus membeli camilan ke toko makanan di depan komplek perumahan. Sowon sedang beristirahat, Sinb enggan membangunkan.
Tangan mungilnya terangkat, Sinb membuka pintu rumahnya dengan perlahan. Selain takut membangunkan Sowon, Sinb juga takut jika nanti ketahuan pergi tanpa izin.
"Kenapa tidak berbicara terlebih dahulu?"
Sinb menunduk, dia diam di tempat dengan kantung kresek yang jatuh ke lantai. Sowon beranjak dari sofa, ia melipat kedua tangan di bawah dada. Terlihat begitu jelas perubahan wajah Sowon, ia semakin tirus, jangan lupakan warna bibirnya yang pucat.
"Kau tahu perbuatanmu itu salah?"
Sinb mengangguk.
"Kau tahu pergi tanpa izin itu salah?"
Sinb mengangguk lagi.
"Dan kenapa kau melakukannya, Sinb?"
Sinb menggelengkan kepalanya, berakhir dengan bahunya yang bergerak naik turun. Sowon mengusap wajahnya kasar, hal yang paling ia takutkan adalah penculikkan. Apalagi ada orang jahat yang bisa kapan saja menculik Sinb.
"Kau harusnya menuruti semua peraturan yang Eonie buat, Sinb!" Sowon memperjelas, dia berjongkok dan meraih kedua bahu Sinb.
"Tapi Sinb lapar," ucapnya, menyeka air mata dengan lengan.
"Kau bisa membangunkan Eonie, Sinb."
"Tidak bisa," jawabnya sesenggukan.
"Kenapa tidak bisa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Eonie Is Gone
Fanfiction[COMPLETED] Setelah orang tuanya meninggal tanpa sebab-akibat, Kim Sowon harus didepak dari grup yang telah membesarkan namanya. Dia dituduh sebagai anggota malas, tidak punya perasaan, dan bahkan rumor menyatakan bahwa ia membully anggota satu grup...