My Eonie Is Gone : Jangan Tinggalkan Sinb~

503 128 17
                                    

"Sowon eonie."

"Hmmm?"

"Kenapa tidak membacakan dongeng?"

Sowon menarik napas dalam-dalam dan membuangnya. Setelah pulang dari rumah sakit, keadaanya sedikit lemas. Ia tidak punya tenaga untuk pergi meninggalkan ranjang. Tahu sendiri, di rumah sakit ia bersama dengan infusan.

"Eonie," panggil Sinb.

Sowon beranjak duduk. "Sinb ah, bisa membiarkan Eonie beristirahat?"

"Tapi Sinb mau mendengalkan dongeng," ungkapnya sambil menunduk.

"Eonie tahu, tapi untuk saat ini biarkan Eonie beristirahat, ya?"

Sinb malah menggeleng.

"Kenapa? Biarkan Eonie tidur sebentar ... saja!"

Sinb menggelengkan kepalanya lagi, wajahnya masih tertunduk dalam.

"Sinb ah, ada sesuatu yang membuat Eonie sangat membutuhkan waktu istirahat itu. Kepala Eonie sakit jika terus bangun, Sinb."

Sinb mengangkat kepalanya untuk melihat bagaimana keadaan Sowon. Wajahnya yang pucat terlihat begitu jelas. Namun ...

"Jangan tidul saja," kata Sinb sambil meraih wajah Sowon.

"Kenapa? Eonie merasa lelah dan butuh istirahat," balas Sowon.

"Jangan tidul dan kemudian tidak bangun lagi, Sinb takut~" pintanya.

"Tidak, itu tidak akan terjadi. Kau tidak perlu berpikiran seperti itu, ya?" Sowon mengingatkan.

Untuk saat ini kondisinya memang lemah hanya karena tidak mengenakan infusan. Lagipula penyakitnya masih dianggap belum parah sepenuhnya. Jika Sowon rutin minum obat dan mau check up, maka mungkin akan ada sedikit keajaiban untuknya. Mungkin, ya.

"Bacakan dongeng untuk Sinb saja, ya?" kata Sinb dengan ragu-ragu.

Sowon menunduk dalam karena dia merasa pening sekarang. Air matanya jatuh begitu saja saat mengetahui bahwa ia tidak mampu untuk menuruti permintaan adiknya sekarang.

"Sinb, kumohon~" pinta Sowon gemetar, khas orang menangis.

Sinb meraih wajah Sowon, tetapi dengan segera Sowon menepis tangan mungil itu. Ia enggan memperlihatkan, ia enggan untuk menatap adiknya sekarang juga.

"Eonie," panggil Sinb, suaranya sudah mulai tidak stabil sekarang.

Sowon beranjak dari tempat tidur itu, ia tetap menunduk karena terus merasakan pening. Sekarang dia sudah tidak lagi berada di ranjang yang sama dengan Sinb.

"Sinb yya," panggil Sowon.

Sinb mengangkat pandangannya. "Kenapa?"

"Ibu dan Ayah ... benar sudah meninggal. Kita sudah tidak punya lagi orang tua, jadi berhenti merewel karena Eonie sedang sangat sakit sekarang, mengerti?"

"Ya?"

"Ibu dan Ayah, mereka sudah meninggal."

Sinb menggelengkan kepalanya. "Tidak."

"Mereka sudah pergi Sinb ah, apa yang diucapkan oleh orang lain itu benar. Ibu dan Ayah ... mereka sudah pergi untuk selama-lamanya," terang Sowon dengan gemetar, khas orang menangis.

Bibir Sinb mulai gemetar, gadis kecil itu beranjak dari duduknya untuk menghampiri Sowon.

"Tapikan katanya meleka tidul," kata Sinb mencoba untuk tidak terluka dengan segera.

My Eonie Is GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang