My Eonie Is Gone : Eonie, Kenapa?

777 165 25
                                    

Terima kasih atas dukungan melalui vote dan komentarnya🐯

🐯🐯🐯

Ketika pagi itu tiba, Sinb kecil terusik saat mendengar suara ringisan. Dia beranjak duduk, mencari dari mana asal suara tersebut.

"So-sowon eonie!"

Sowon membuka matanya dengan susah payah, bibir pucat itu menyungging seulas senyuman tipis. Sinb lantas mendekat, dia meraba kening Sang kakak untuk memastikan.

"Eonie, kenapa?"

Sowon menggelengkan kepalanya, dia memaksa senyum meski pada akhirnya air matanya malah jatuh.

"Tunggu sebental, ya!"

Sinb turun dari ranjang itu dengan susah payah, mengingat tubuh dia itukan terlalu mungil, serta ranjang yang tinggi. Sowon menatap kepergian Sinb tanpa berniat untuk menahannya, untuk membuka mata lebih lama saja sudah berat baginya.

Sementara itu, Sinb kecil berlari dengan terburu-buru. Dia membuka kasar pintu kamar milik orang tuanya, tangannya masih tersimpan di daun pintu, dengan pipi gembulnya Sinb melihat kekosongan di kamar tersebut.

"Ibu! Ayah!" panggil Sinb.

Tangan itu turun dari daun pintu, Sinb berjalan masuk ke dalam kamar orang tuanya. Sinb naik ke ranjang orang tuanya dengan susah payah, karena ukurannya sama tinggi jadi dia agak kesulitan.

Membuka selimut yang sudah jelas datar tak berisi apa-apa, Sinb kecil yang polos menghembuskan napas pendek.

"Ibu dan Ayah di mana, ya?"

Pipinya kian menggembung, bibirnya maju beberapa senti karena tak bisa menemukan keberadaan orang tuanya. Posisi Sinb saat ini adalah duduk di atas ranjang empuk, kedua kakinya selonjoran ke depan, mata polosnya menelusuri setiap sisi di kamar ini.

"Ibu~ Ayah~" Sinb terisak setelahnya. "Ibu, Ayah, Sowon eonie sakit~"

Sinb kecil terisak, dia menyeka air matanya dengan lengan, bagaimana pun dia hanyalah gadis polos yang tidak tahu apa-apa. Dia sesenggukan, karena saking sakitnya saat mengetahui orang tuanya tidak menyahut.

"Ibu! Ibu ayo kelual! Sowon eonie sakit, Sinb takut Sowon eonie kenapa-napa!" pinta Sinb dengan nada gemetar khas orang menangis.

Sinb turun dari ranjang itu lagi, dia membuka lemari untuk mencari keberadaan orang tuanya, bocah sekecil ini sedang berjuang mencari orang tuanya. Dia bahkan tidak tahu, kalau kedua orang tuanya justru telah pergi untuk selama-lamanya.

"Ibu~ Ayah~" panggil Sinb gemetar, dia sesekali menyeka air matanya. "Ibu~ hiks, bantu Sinb~ Sowon eonie demam~" isaknya sambil terus mencari keberadaan orang tuanya.

Setelah puas mencari di kamar, Sinb keluar dari kamar dan langsung ia berlari ke dapur. Di dapur hanya ada kekosongan, tidak ada ibu yang biasanya sibuk memasak untuk anak-anaknya.

"Ibu," panggil Sinb, tangisnya sudah sedikit mereda sekarang. "Ibu, ada di mana?"

Sinb kecil berjalan memasuki dapur lebih dalam lagi, dia celingukan hanya untuk mencari keberadaan orang tuanya.

"Ibu kenapa tidak ada di kamal? Kenapa tidak tidul di kamal?" tanya Sinb saat tak satu pun ia menerima tanda.

Bocah kecil itu berbalik, dia ingat kalau ibunya selalu membawa wadah beserta kain untuk mengompres dia apabila sedang demam. Sinb mengambil kursi meja makan, mendorongnya demi mengambil wadah di atas rak. Setelah mendapatkannya, Sinb pergi ke kamar mandi, mengisi wadah tersebut dengan air.

Langkah mungil itu terlihat sangat menggemaskan, Sinb melihat ke pintu kamar milik orang tuanya yang masih terbuka.

"Ibu dan Ayah lama sekali pelginya, Sinb ingin beltemu," gumamnya sambil menatap kekosongan di sana.

Sinb menaruh wadah berisi air itu di lantai, kemudian menutup pintu kamar milik orang tuanya. Dia pun melanjutkan langkahnya, untuk mengompres Sang kakak.

"Sowon eonie, Sinb membawa komplesan untuk Eonie."

Tidak mau membuat masalah hingga wadah itu jatuh di ranjang, Sinb menaruhnya di nakas saja. Dia mengambil kain kompresan yang telah dimasukan ke dalam air tersebut. Naik ke ranjang dengan susah payah, kemudian merangkak untuk menghampiri Sang kakak.

"Eonie, kenapa?"

Sowon begitu tenang dengan kedua mata yang terpejam, Sinb yang tahu kakaknya sedang sakit pun lanjut mengompres.

"Eonie, apa sudah lebih baik?" tanya Sinb.

Tidak ada jawaban dari Sowon, tapi Sinb memilih untuk meraih tangan Sowon. Dia menjadikan lengan Sowon sebagai bantalan, tidur sambil memeluk Sang kakak erat.

"Eonie panas sekali, semoga cepat sembuh," ungkap Sinb sambil memainkan hidung mancung itu.

Air mata Sowon tiba-tiba saja jatuh, padahal kedua matanya masih tertutup rapat. Mungkin ini yang dinamakan dengan ikatan batin, antara kakak dan adik.

"Eonie, Sinb lapal~" keluhnya.

Sowon tidak merespon, ada kemungkinan Sowon telah kehilangan titik sadarnya.

"Eonie dengal? Pelut Sinb belbunyi," kata Sinb sembari mengusap perut datarnya. "Eonie ayo bangun~ Jangan tidul tellalu lama." Sinb mengguncang tubuh Sang kakak.

Tidak menerima respon sama sekali dari kakaknya, Sinb lantas beranjak. Dia menatap takut, dia ingat ketika ibunya pingsan karena kelelahan, sampai Sang ayah harus membopong juga membawa ke rumah sakit suatu waktu.

"Eonie bangun~" pinta Sinb.

Bibir itu gemetar, tidak lama tangis Sinb pecah seiring melihat keadaan kakaknya yang tak merespon dirinya barang sedikit pun.

"Ibu~ Ayah~" isak Sinb karena dia merasa ketakutan sekarang. "Ibu~ Ayah~ Sowon eonie sakit, hiks!" Sinb menyeka air matanya kasar, kemudian turun dari ranjang untuk meminta bantuan.

🐯🐯🐯

"Doktel Yuju!!!"

Seorang wanita berpakaian rapi itu menoleh ke sumber suara, padahal dia baru mau berangkat untuk melaksanakan tugasnya sebagai dokter. Tapi, anak kecil yang tinggal di dekat rumahnya itu malah memanggilnya.

"Ada apa, Sinb?"

Sinb meraih tangan Dr. Choi Yuju yang kemudian menariknya. Yuju berjongkok untuk mensejajarkan, betapa terkejutnya dia saat melihat ada air mata di kedua pipi bocah manis ini.

"Kenapa menangis? Ada apa denganmu?"

"Bantu Sinb~" pintanya sesenggukan.

Yuju mengusap dada Sinb. "Iya, ada apa, Sayang?"

Sinb menunjuk ke rumahnya, dia tidak bisa berkata karena malah menangis sesenggukan. Terlihat jelas betapa takutnya dia saat mengetahui Sowon tak bergerak sama sekali.

"Iya ada apa?" tanya Yuju sekali lagi.

Sinb tidak bisa bicara lebih cepat, dia pun memilih untuk menarik lengan Yuju saja. Yuju harus mensejajarkan langkahnya dengan Sinb, karena Sinb malah berlari kecil, apalagi Yuju mengenakan sepatu yang memiliki hak walau sedikit.

"Pelan-pelan, Sinb~"

"Sowon eonie~" isaknya, menunjuk Sowon yang berbaring di ranjang.

"Ya ampun!"

Yuju segera bergerak cepat menghampiri Sowon, dia mengerahkan peralatan yang kebetulan berada di tas bawaannya. Ada kecemasan ketika Yuju mengecek tekanan darah Sowon, tidak lupa ketika Yuju menyenter mata Sowon.

Yuju merogoh ponselnya dengan terburu-buru. "Tolong antarkan infusan ke sini, aku akan mengirimkan alamatnya!"

Sinb naik ke ranjang, dia mengecek detak jantung kakaknya dengan menempelkan sebelah telinganya di sana.

"Sowon eonie tidak akan sepelti Ibu dan Ayah Sinb, 'kan?" tanyanya pilu.

My Eonie Is GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang