Sowon sedang duduk di kursi yang menjadi tempat dirinya bersantai. Di depan sana pemandangan luar terlihat begitu jelas. Jemarinya terus bergerak, begitu pulang Sowon langsung pergi ke kamarnya. Tangan itu terangkat, Sowon menggigit jari telunjuk karena merasa sangat cemas sekarang.
Pintu kamar terbuka, tapi Sowon tidak menyadari apapun. Yang dia lakukan adalah menatap lurus ke depan, menggigit jari telunjuknya sebagai pereda rasa cemas.
"Sowon eonie."
Sowon reflek menggigit lebih kuat, membuat darah spontan keluar dari sana.
"Aish, kenapa?" Sowon beranjak kasar, dia mengambil sehelai tisu untuk mengusap darahnya.
Sinb berlari kecil. "Eonie, kenapa?"
"Kau bisa diam tidak? Seharusnya kalau masuk ke dalam kamar itu mengetuk pintu! Apa kau tidak diajari bagaimana caranya bersikap sopan?"
Sebuah kejutan yang membuat Sinb kecil terdiam, matanya berkedut setelah mendengar kakaknya marah-marah tanpa sebab. Ada sebabnya, tapi Sinb kecil tidak tahu apa-apa.
"Eonie," panggil Sinb gemetar.
"Aish, ada apa?"
"Eonie tidak akan pelgi meninggalkan Sinb, 'kan?"
Sowon menatap Sinb sinis, membuat bocah itu mengatupkan bibirnya, menahan rasa sesak saat ingin menangis.
"Mulai sekarang, urus dirimu sendiri!"
"Ya?"
"Tidak usah meminta bantuan apapun! Urus dirimu sendiri, dan jangan pernah memanggilku lagi, mengerti?"
"Tapi kenapa?"
"Keluar dari kamarku!"
"Sowon eonie," panggil Sinb gemetar, bahkan ketika matanya terpejam air mata itu jatuh.
"Tidak usah menangis seperti itu! Kau sudah besar, jangan cengeng! Ayo keluar dari kamarku!" Sowon mengusirnya, meraih kedua bahu si kecil dan membalikan tubuh itu.
"Tidak~" isak Sinb sambil menahan dirinya.
"Pergi sana!"
"Eonie tidak~" isak Sinb sambil menggelengkan kepalanya.
"Kim Sinb!"
"Sinb mau pelukan," ucapnya pilu dan membuat dorongan itu terhenti.
Kedua tangan Sowon menjauh dari bahu si kecil, kini ia berkacak pinggang sambil mendongak. Sinb kecil berbalik, dia menatap polos Sang kakak dengan kedua mata berkaca-kaca. Betapa menyakitkannya saat ini, ketika orang yang begitu baik tiba-tiba bersikap jahat.
"Jangan malahi Sinb~" isaknya, ia menggucek matanya menggunakan lengan. "Sinb tidak punya siapa-siapa lagi, hiks!"
Sowon memejamkan matanya, ia menghembuskan napas jengah karena apa yang ada di depannya adalah sebuah alasan. Iya, sebuah alasan mengapa ia bertahan.
"Sowon eonie," panggil Sinb sembari mengangkat kedua tangannya minta digendong.
Sowon menyeka air matanya kasar, kemudian ia berjongkok untuk mensejajarkan tubuhnya dengan si kecil. Sinb masih sesenggukan, bekas tangis akibat perlakuan Sowon yang tiba-tiba berubah.
"Jangan malahi Sinb lagi, hiks!" isaknya dengan lengan yang menutupi matanya.
Sowon meraih lengan itu, ia menatap sayu sorot mata adiknya yang begitu menyedihkan. Buru-buru dia mendekap adiknya, seseorang yang ia abaikan sejak pulang dari kantor kepolisian.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Eonie Is Gone
Fanfiction[COMPLETED] Setelah orang tuanya meninggal tanpa sebab-akibat, Kim Sowon harus didepak dari grup yang telah membesarkan namanya. Dia dituduh sebagai anggota malas, tidak punya perasaan, dan bahkan rumor menyatakan bahwa ia membully anggota satu grup...