Berada dalam pelukan Sowon, Sinb membiarkan dirinya untuk tenang. Setelah hampir satu jam ditangani oleh dokter, akhirnya Sinb diperbolehkan untuk masuk dan tidur di samping Sowon. Selayaknya seorang ibu, Sowon menepuk-nepuk bokong Sinb dengan sebelah tangannya, karena sebelah tangannya lagi dijadikan bantalan untuk si kecil. Dagu runcingnya pun berada di pucuk kepala si kecil.
"Kau tidak mengantuk?"
Sinb hanya menggeleng.
"Eonie, baik-baik saja, kau tahu?"
Sinb semakin kuat memeluk, entah kenapa bibirnya begitu kelu sekarang. Si kecil yang pandai bicara begitu bungkam seperti ia memang tidak bisa lagi bicara.
"Kenapa ini? Berbicaralah, Sayangku."
"Sinb merindukan Ayah dan Ibu saja."
Sowon memejamkan matanya. "Peluk saja Eonie, karena Eonie masih begitu nyata di hadapanmu."
"Eonie tidak akan pergi, 'kan?"
Sowon menggeleng. "Tidak, tentu saja tidak akan pergi."
"Sinb tidak punya siapa-siapa lagi selain, Eonie. Jadi, Sinb mohon untuk Eonie tidak meninggalkan Sinb."
Sowon mengecup pucuk kepala Sinb lamat. "Lagipula, bagaimana Eonie bisa pergi meninggalkanmu, hm? Sementara kau begitu baik hadir menjadi penyelamat hidupku."
Sinb mendongak untuk melihat bagaimana wajah Sowon, ia tersenyum manis sekali, bahkan sebelah tangannya mulai terangkat untuk meraih bibir Sowon.
"Eonie sangat cantik, jangan tidur terlalu lama dan meninggalkan Sinb, ya ... " pintanya yang kemudian menenggelamkan wajah tersebut pada dada Sowon.
"Apa ini? Kim Sinb menangis?"
"Tidak."
"Hei, ayo kemarilah. Lihat ke sini, Sinb!"
"Tidak."
"Jangan menangis, dong. Katanya kau menginginkan Eonie selalu bersamamu, jadi lihatlah."
Sinb mendongak lagi, dan bisa dilihat air matanya yang sudah membasahi kedua pipinya itu. Sowon segera saja mengusap air mata yang jatuh itu, ia memberikan senyuman paling manis sebagai penenang si kecil.
"Jangan menangis, Eonie akan sedih jika kau menangis."
Sinb menatap Sowon polos.
"Tersenyumlah, apapun yang akan terjadi di masa yang akan datang, tetap tersenyumlah."
Sinb mengangguk. "Dan bertahanlah, apapun yang akan terjadi di masa yang akan datang, tetap bertahan."
"Baiklah ... mari berdoa kepada Tuhan. Biarkan Eonie diberi umur yang lebih panjang lagi, supaya melihat dirimu tumbuh menjadi seorang gadis dewasa."
Sinb beranjak duduk, dengan posisi seperti ini dia bisa melihat dengan jelas bagaimana wajah Sowon ketika sedang tidur. Meskipun sekarang mereka bukan di rumah, tapi bagi Sinb rasanya tetap seperti sedang di rumah. Kenapa begitu? Selagi Sowon bersamanya, maka Sinb akan merasa nyaman.
"Sowon eonie, kau adalah rumahku. Eonie tempat aku berpulang, jadi jangan pergi ke mana-mana."
Sowon mengangguk kecil. "Mari berusaha bersama-sama, Sinb ah."
Sinb tersenyum manis, ia melihat ke arah punggung tangan Sowon yang ditempeli sebuah infusan. Menyedihkan, apalagi ketika melihat perawakan Sowon yang semakin kurus.
"Eonie kau lapar?"
"Tidak, apa kau lapar?"
"Sepertinya Eonie harus makan, tubuh Eonie begitu kurus sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Eonie Is Gone
Fanfiction[COMPLETED] Setelah orang tuanya meninggal tanpa sebab-akibat, Kim Sowon harus didepak dari grup yang telah membesarkan namanya. Dia dituduh sebagai anggota malas, tidak punya perasaan, dan bahkan rumor menyatakan bahwa ia membully anggota satu grup...