My Eonie Is Gone : Eonie, Aku Takut~

550 128 23
                                    

"Sowon eonie!!!"

Wajah itu spontan terangkat, perlahan langkahnya terhenti. Dengan memegang sebuah amplop berwarna cokelat, Sowon menatap seseorang yang begitu senang berlari ke arah dirinya. Hari ini dia mulai untuk bekerja di kafe milik Yerin, dan Sinb dibiarkan sendirian saja di rumah karena takut akan kelelahan jika ikut pergi bersamanya.

Bocah itu memeluk kaki jenjang Sowon kesenangan, wajahnya mendongak setelah ia bisa kembali bertemu dengan Sowon. Dari pagi dia bermain sendirian, dia juga makan dan minum obat secara mandiri setelah Sowon memberikan pengarahan bagaimana cara hidup jika suatu waktu Sowon tidak bersamanya.

Memangnya Sowon akan tetap bersama Sinb selamanya? Pasti ada suatu waktu ketika Tuhan memintanya untuk berhenti terjaga. Itu pun jika memang begitu takdirnya.

Sowon berjongkok untuk mensejajarkan tubuhnya dengan si kecil, ia menatap haru gadis manis yang terpaksa harus ia tinggalkan di rumah sendirian. Memang agak tidak yakin meninggalkannya sendirian, tapi daripada dia kelelahan serta menjadi drop nantinya.

Ibu jarinya menari di atas pipi adiknya, raut wajah itu berubah drastis dari biasanya. Sowon yang selalu menebar senyuman di depan adiknya, kini lenyap bak tersapu oleh angin yang berlalu. Dia menjadi lebih cemas dari biasanya, seolah sesuatu sedang membebani pikirannya.

"Kau sudah minum obat seperti yang Eonie sebutkan kapan kau harus meminumnya?" tanya Sowon.

Sinb mengangguk mantap. "Sinb itukan pintal, jadi Sinb telah melakukannya dengan baik."

"Benar, kau sangat pintar, Adikku~"

Sowon memeluknya seperti ia tengah memberikan ketenangan atau justru ia ingin menenangkan diri. Si kecil Sinb merasa senang mendapatkan pelukan ini, dia begitu bahagia karena Sowon telah pulang dari pekerjaannya yang melelahkan itu.

"Sinb mau membeli buku dongeng, Sinb mau mendengal celita putli tidul yang cantik!" katanya ketika dia masih dalam pelukan Sowon.

"Ya?"

"Ayo ke toko buku, Eonie! Sinb mau mendengal Eonie belcelita sebelum Sinb tidul!"

Pelukan itu merenggang. "Baiklah, kita akan pergi ke toko setelah Eonie mandi, ya?"

"Iya! Iya! Iya!" jawab Sinb bersemangat.

Sowon tersenyum yang kemudian ia beranjak. "Tunggu sebentar, oke? Eonie akan mandi dan kita pergi setelahnya."

"Siap!"

Sowon terkekeh, sebelah tangannya tak pernah absen untuk mengusap pucuk kepala Sinb. Setelah ia memberikan kecupan pada pucuk kepala itu, ia pun pergi untuk membersihkan dirinya.

Sinb kecil berlari ke arah sofa, dia langsung saja terduduk dan menonton tayangan film kartun yang sedang ada di sore menjelang malam ini. Sowon pun menoleh sebelum ia pergi ke kamarnya, pandangannya begitu sayu, tak beberapa lama air matanya malah jatuh begitu saja. Entah ada apa dengannya, tapi sepertinya ada sesuatu yang ia sembunyikan.

Ting! Tong!

Sinb menoleh ke sumber suara, dia menuruni sofa dengan susah payah karena ukuran tubuhnya masih cukup pendek. Dia pasti akan tumbuh lebih banyak setelah sekolah nanti. Berlari kecil menuju ke pintu utama, ingin mencaritahu siapa yang menekan bel di luar sana.

Tangannya yang mungil berusaha menggapai gagang pintu, Sinb menariknya dan seorang dokter cantik berdiri di ambang pintu sana.

"Hallo," sapa Dr. Jung Eunha ramah.

"Hallo," balas Sinb membungkuk manis.

Eunha terkekeh. "Sowon eonie, ada di rumah?"

"Ya, dia ada di dalam."

My Eonie Is GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang