My Eonie Is Gone : Aku Mau Pulang

533 129 19
                                    

Bukan hanya Sinb yang harus berbaring di bangsal rumah sakit, tetapi Sowon pun harus berakhir di sana. Berada di suatu ruangan yang sama, dengan dua bangsal untuk tempat keduanya beristirahat. Di lengan mereka terdapat infusan.

Sowon menoleh ke arah Sinb, karena memang kondisinya tidak sampai hilang kesadaran. Dia juga sempat menolak tentang perawatan ini, namun karena dipaksa maka ia pun harus berakhir seperti ini.

"Sinb yya," panggil Sowon dengan suara seraknya.

Namun si kecil masih tidak sadarkan diri, suara Sowon yang serak pun tidak berpengaruh terhadap ketenangannya. Sowon begitu menginginkan adiknya kembali membuka mata, ia lantas memaksa untuk beranjak.

"Sinb yya, Eonie akan bersamamu," ucap Sowon dengan terengah-engah.

Perlahan tapi pasti ia berhasil untuk duduk, menetralisir pening serta lemas yang datang. Berdiam diri sejenak, mengumpulkan segala tenaga agar bisa duduk di kursi yang berada dekat dengan bangsal milik adiknya. Jangan lupa bahwa seluruh tubuh Sowon mengalami nyeri akibat perlakuan pria Ok beberapa jam lalu. Sekarang sudah membiru, itu berarti pria tersebut melakukannya tanpa perasaan.

Memiliki kaki yang panjang memudahkan Sowon untuk menggapai lantai tersebut. Dengan berpegangan pada tiang infusan, Sowon bersusah payah menurunkan seluruh tubuh sepenuhnya. Begitu berhasil turun dan hanya berpegangan pada tiang infusan, tubuhnya terasa lemas. Tapi dia tidak perduli, karena yang ia perdulikan saat ini adalah adiknya.

"Si-sinb yya," panggil Sowon gemetar.

Bibirnya gemetar, Sowon menangis karena dia merasa sangat lemah sekarang. Seharusnya dia menjadi seseorang yang menopang Sinb ketika terluka, tapi sekarang dirinya malah ikut terluka dan mungkin bisa lebih terluka.

"Hei, ayo buka matamu, Sayangku~"

Sebelah tangan Sowon berhasil menggapai tepian bangsal itu, hanya tinggal beberapa langkah lagi ia bisa duduk di kursi tersebut. Tetap melangkah demi menemukan kenyamanan, akhirnya Sowon pun bisa beristirahat dari tubuhnya yang lemas.

"Sinb yya, kau tidak mau membuka matamu, hm?"

Kali ini Sowon leluasa untuk menggapai wajah si kecil yang malang. Dia tersenyum haru karena adiknya masih diberikan waktu bertahan. Meskipun keadaannya terbilang mengenaskan, tetap saja Sowon merasa bersyukur. Setidaknya Sang adik masih mempunyai kesempatan untuk bangun.

"Maaf, maaf karena Eonie harus sakit dan tidak bisa sepenuhnya menjagamu, Sinb ah." Sowon menyesalinya, ia mengecup punggung tangan Sinb lamat dengan air mata yang terus mengalir.

"Maafkan aku, Sinb yya~" isak Sowon tidak tertahankan.

Saat ini mereka berada dalam duka paling mendalam, yaitu ketika tidak ada orang tua yang mendampingi. Mereka harus berjuang dari nol sejak saat semua kenyataan itu datang menghantam mereka. Entah akan sampai kapan semua ini berakhir, atau mungkin berakhirnya sebentar lagi.

Jemari Sowon menari di wajah adiknya, memainkan alis tebal yang pasti membuat siapa pun iri melihatnya. Mata si kecil begitu tenang sekarang, dia benar-benar menerima perawatan terbaik hingga tidur tanpa gelisah.

Perlahan matanya bergerak, merasakan sentuhan di wajahnya membuat ia terusik.

"Sowon eonie," panggilnya bernada serak.

"Hei ... Putri cantik sudah bangun," ungkap Sowon sambil menyeka air matanya yang masih menjejak, kini berganti dengan senyuman.

Sinb mengerjap dengan lemah. "Aku mau pulang."

"Tidak, bukan waktunya pulang, Sinb." Sowon menggeleng serta mengusap kening adiknya lembut.

"Sinb takut, Sinb tidak mau tidul lagi," katanya sambil menggelengkan kepala.

My Eonie Is GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang