Ketika Sinb sudah siap untuk dibawa pulang, ketika itulah polisi datang dan langsung saja memborgol Sowon. Semua terjadi begitu cepat, Sowon yang tak melakukan persiapan apapun hanya bisa pasrah.
"Kenapa melakukan itu kepada Sowon eonie? Dia bukan penjahat!"
Sowon menatap Sinb pilu, tidak ada siapa pun yang dikenalnya saat ini. Lantas bagaimana jika Sinb sendirian?
"Kumohon jangan bawa aku, jangan biarkan aku meninggalkan adikku," mohon Sowon pada polisi yang menahannya saat ini.
"Tapi kau harus bertanggung jawab atas perbuatanmu, Nn. Kim Sowon!"
"Aku tidak bersalah, bukan aku yang melakukan perundungan, tidak ada perundungan apapun di grupku," perjelas Sowon.
"Sowon eonie," panggil Sinb gemetar, khas orang menangis.
"Hei, jangan menangis, Sayangku. Jangan menangis, ya?"
Sinb kecil menggeleng. "Tidak~"
"Kalian semua akan membiarkanku pergi dan meninggalkannya?" tanya Sowon pada polisi yang ada, suaranya mulai tidak stabil karena melihat adiknya menangis.
"Jangan ambil Sowon eonie dali Sinb~" isaknya semakin menambah kepiluan di ruangan ini.
"Sinb yya," panggil Sowon yang posisinya begitu jauh dari Sinb.
"Tolong jangan ambil Eonie-ku~"isak Sinb lagi, kali ini ia sampai menyatukan kedua tangannya memohon. "Jangan ambil Sowonie~ hiks!"
"Lepaskan aku!" pinta Sowon.
Polisi itu memberikan ruang untuk Sowon menghampiri adiknya, tanpa membuka borgol itu Sowon maju mendekati bangsal tempat adiknya duduk.
"Eonie, tidak!" pekik Sinb kecil yang langsung saja memeluk Sowon. "Jangan tinggalkan Sinb~ Eonie bukan penjahat~ jangan tinggalkan Sinb~ hiks!"
Sowon menunduk dalam hingga ia mengecup lamat pucuk kepala adiknya, begitu mata terpejam air matanya jatuh deras.
"Eonie harus apa, Sinb? Mereka berkuasa, Eonie tidak punya apa-apa, semua sudah terlanjur mempercayai ucapan mereka, maafkan Eonie."
Sinb semakin erat memeluk. "Tolong jangan tinggalkan Sinb sendilian, tolong jangan membuat Sinb kesepian lagi, Eonie~ hiks! Tidak~ tidak~ tidak~ jangan pelgi dali Sinb~"
"Maafkan Eonie, Sayangku. Sepertinya tidak ada pilihan lain selain memalsukan segalanya dan mensejahterakan kehidupanmu," bisik Sowon gemetar.
"Jangan pelgi~"
"Maaf, Sinb yya."
"Tidak! Tidak! Tidak! SOWON EONIE JANGAN PELGI!"
Sowon sudah melepaskan diri dari Sinb, dia memutuskan untuk berbalik dan menyerahkan diri. Tidak ada pilihan lain selain melakukan ini, kehidupan Sinb di masa depan harus lebih baik.
Sinb memaksa turun dari bangsal itu, dia juga sempat jatuh karena kakinya yang belum sepenuhnya bisa menopang. Tapi dia langsung bangkit, belari dan berakhir dengan memeluk kaki kenjang kakaknya.
"Tidak! Jangan tinggalkan Sinb~" isaknya, ia begitu erat memeluk kaki jenjang itu.
"Sinb yya," panggil Sowon lirih. "Maafkan Eonie," sesalnya kemudian.
"JANGAN AMBIL SOWONIE DALIKU!" jerit Sinb saat seseorang menariknya dari kaki jenjang itu. "EONIE, TIDAK!" jerit Sinb semakin menambah kepiluan di sana.
Sowon hanya menunduk dan terus berjalan dengan dua polisi di sebelahnya, sedang di belakang Sinb memohon histeris tak mau ditinggalkan. Ini adalah momen paling menyedihkan yang pernah ada. Ketika seorang anak sekecil itu harus ditinggalkan oleh seseorang yang berperan penting dalam hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Eonie Is Gone
Fanfiction[COMPLETED] Setelah orang tuanya meninggal tanpa sebab-akibat, Kim Sowon harus didepak dari grup yang telah membesarkan namanya. Dia dituduh sebagai anggota malas, tidak punya perasaan, dan bahkan rumor menyatakan bahwa ia membully anggota satu grup...