014 :

323 29 7
                                    

Follow akun ig @wattpad.ad guys buat info seputar wp gue

Sorry guys baru update, gue baru selesai uprak.

Bentar lagi US juga sih, jdi klo misal gue lama ga update brrti persiapan US ya

⚘⚘⚘

"Halooo kak Amii..." Alfen menyapa ketika Ami masuk ke dalam cafe. Saking seringnya Ami membeli kopi di cafe ini, para barista itu sampai hafal.

"Mau coffe latte kayak biasanya ya, satu aja."

Alfen menunjuk dirinya sendiri. "Saya kak? Biasanya sama Jevan."

"Dia ada nggak?" Ami meliriknya sangsi.

"Nggak ada sih..."

"Yaudah sama kamu aja, lagian seenak apasih kopi buatan dia, harus banget dia yang bikin?" Dumel Ami seraya berjalan menuju kursi tunggu. Karena cerita Sheva tempo lalu, Ami jadi ikutan kesal pada Jevan. Meskipun Jevan tidak punya masalah dengannya, tapi Jevan pernah mengusik kebahagiaan Sheva, bos kesayangannya.

Energi negatifnya otomatis terserap oleh Ami. Jadi Ami ikut kesal dengan Jevan.

Alfen mengusap tengkuknya. "Biasanya kan maunya sama Jevan," Gumamnya pelan. Tak urung tetap membuatkan kopi pesanan Ami.

"Kak Amii.. udah jadi iniii," Alfen berdiri disamping Ami sambil tersenyum ramah.

Ami berdiri dan segera membayar. "Untung bos saya belum ngamuk karna kelamaan nunggu," Katanya saat menerima kopi pesanannya.

"Bos kak Ami galak banget, ya? Siapa sih berani banget galakin kak Ami," Celetuk Alfen.

Ami melirik malas. "Gue kasih tau ntar lo syok," Jawab Ami lalu pergi darisana.

Alfen meringis. Baru pertama kali melihat sikap jutek Ami. Padahal biasanya perempuan itu selalu ramah kepadanya.

"PMS kali," Celetuk Iqbal yang baru datang.

Alfen menoleh. "Emang suka moodyan cewek tuh,"

"Hapal banget yang abis di putusin."

"Tai lo," Decak Alfen lalu pergi begitu saja. Meninggalkan Iqbal yang cekikikan.

$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$





"Ini bukan barista yang biasanya mbak,"

Sheva menerimanya. "Iya gapapa." Lalu menyeruput sedikit es kopi itu. "Rasanya emang nggak seenak biasanya tapi ya oke. Tetep enak kalo kata gue."

"Yaudah, mbak Sheva harus terbiasa sama kopi yang bukan biasanya." Kata Ami kemudian melajukan mobilnya.

Sheva tak membalas. Perempuan itu sibuk dengan ponselnya.

"Temen mbak Sheva yang kemaren itu siapa mbak?" Celetuk Ami.

"Siapa?" Sheva menaikkan alisnya. "Oh, bang Chicco?"

"Iyaaa, ganteng."

Sheva berdecak pelan. "Jangan suka sama yang itu, susah."

"Kenapa mbak?"

"Dia cinta banget sama mantan istrinya."

Ami mendesah kecewa. "Padahal cakep ya."

"Istrinya juga cakep loh. Lo harus lihat, nih." Sheva menyodorkan hpnya membuat Ami melirik.

"Buset, tuh orang mirip Elsa frozen loh mbak cakep banget."

"Kannnn!!! Apa gue bilang. Mantan istrinya emang secakep itu, gimana bang Chicco nggak cinta mati."

Meet Me AnymoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang