Hepi riding
Gue lagi emosi guys...
$$$$$$$$$
"Kita kayak detektif gasihh??" Sheva berbinar. Melihat ramainya orang-orang yang tengah berbelanja. "Gila, keren banget gue,"
Ailee memakai kacamata hitamnya. Lalu menoleh kearah Sheva. "Bukan detektif, tapi lebih ke buronan."
"Anj," Umpat Sheva. "Bodo ah, yang penting kita bisa jalan berdua."
Ailee terkekeh pelan. Lalu menggandeng tangan Sheva. Mengajaknya mengitari mall hanya untuk bersenang-senang. Mereka cukup bosan di apartemen. Sehingga memilih keluar berdua. Beruntung Esther masih tidur dan pas sekali Ami datang. Jadi Ami tidak kesulitan menjaga Esther.
"Kalo Esther bangun gimana?"
"Tenangg, kan ada Ami. Dia bisa handle."
"Oke,"
Mereka lanjut berjalan. Memilih beberapa dres selutut yang berjejer rapi.
"Cocok gasih?"
"Ih, kulit putih lo lebih cocok pake yang cream kalo kata gue. Ini nih," Sheva menyarankan sebuah Dress.
"Gila lo pake dress kayak gini. Laki gue bisa ngamuk, anjir."
Sheva terkekeh pelan. "Tapi cocok. Bisalah dipake dirumah."
"Oke," Ailee menurut. Kemudian kembali memilih baju. "Lo cocok pake biru ini gasih?"
"Boleh-boleh," Sheva menerima. "Bentar, ke toilet dulu ya."
Perempuan itu berpisah. Sheva berjalan kearah toilet yang posisinya tidak jauh dari tempatnya sekarang. Tiba-tiba saja merasa mual. Jadi Sheva buru-buru pergi ke toilet.
Saat di depan wastafel, mualnya mereda. Tapi ganti kepala Sheva yang seolah berputar. Pandangannya mulai kabur.
"Nggak lucu anj kalo pingsan disini," Katanya pelan. Sheva berusaha keluar bilik. Ia harus segera mencari Ailee. Meminta bantuan.
Tubuhnya malah menubruk seorang pria yang baru keluar dari ruang sebelah. Sheva jelas oleng dan jatuh begitu saja. Mengabaikan kacamatanya yang jatuh entah kemana. Cepat-cepat Sheva membuka maskernya karena sangat pengap.
Dengan posisi yang masih terduduk lemas, Sheva sedikit mendongak ketika ada uluran tangan di depannya. Samar-samar melihat siluet pria itu. Seperti tidak asing. Sheva tidak punya pilihan selain menerima uluran tangan tersebut.
"Sorry,nggak sengaja." Kata pria itu. Lalu alisnya menukik. "Lo pucet banget, sakit ya?"
Sheva menggeleng. "Enggak, gapapa. Makasih ya, saya permisi."
"Tapi--"
"Sheva yaa???"
"Eh, iya lohh Shevaa."
"Astagaa nggak nyangka bisa ketemu Sheva disini, boleh minta foto?"
"Gue juga mauu,"
"Fotoin dong tolong fotoin, pake hp gue aja."
"Mau jugaa, heyy."
Sheva semakin oleng karena didorong sana-sini. Orang-orang mulai berkerumun untuk mendapatkan potret bersama Sheva. Tanpa mau memedulikan keadaan Sheva yang hampir mirip seperti mayat hidup.
Lalu pria yang menubruk Sheva tadi datang membelah kerumunan. Menatap tak suka kearah orang-orang yang mengerumuni Sheva.
"Ini lagi sakit Sheva nya, jangan didorong-dorong."
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Me Anymore
FanfictionMenjadi model adalah pekerjaan tersantai bagi seorang Sheva Agnesia. Gadis itu benar-benar menikmati perkerjaan yang sudah ia anggap sebagai hobinya sendiri. Seolah-olah Sheva dibayar untuk bersenang-senang. Sangat menyenangkan bukan? Tapi bagaiman...