026 :

264 22 14
                                    

Maaf ya kalo alurnya kecepetan

🌸🌸🌸

"Ini apa, kak?" Agam mengambil sebuah paperbag yang ada diatas meja.

Sementara Sheva yang tengah berbincang dengan Charlie menoleh. "Sepatu, dek."

"Kenapa kecil?"

"Besar itu. Kan ukuran kaki kakak emang segitu. Nggak kayak kamu, masih kecilll."

"Bentuknya lingkaran?" Agam mengeluarkan sebuah karton berbentuk lingkaran berdiameter sepuluh centimeter. "Kayak coklat yang pernah papah beli."

Charlie melirik. Kemudian kembali menatap Sheva yang agak terkejut. "Coklat?"

"Sheva nggak tau, pah." Sheva mengambil alih benda itu dan membukanya. "Iya."

"Udah suka coklat lagi?"

Sheva tak menjawab. Perempuan itu masih diam memandangi coklat berwarna putih itu.

"Aku mau ya?" Kata Agam. "Boleh?"

"Satu ya, kak Sheva juga mau." Jawab Sheva.

Charlie masih memperhatikan. Melirik Klara dan Ami yang masih sibuk di dapur. Pria itu memilih duduk dibawah bersama Agam dan Sheva. Sembari memangku Agam yang nampaknya sangat menikmati makanan manis itu.

"Udah suka coklat lagi?" Tanya Charlie lagi. Karna Sheva tadi belum menjawab.

Sheva terpaku sebentar. Kemudian kembali memberikan sebungkus coklat untuk Agam. "Nggak terlalu, pah."

Charlie mengusap rambut Agam. "Suka lagi juga gapapa. Agam juga suka."

Melihat Sheva yang tak menjawab ucapannya, Charlie jadi tersenyum tipis. "Suka atau enggak, itu keputusan kamu. Tapi kamu harus inget, nggak semua coklat itu selalu manis."

"Kan aslinya coklat emang pahit, pah." Jawab Sheva.

"Itu kamu udah tau. Jadi nggak nyesel dong kalo misal emang milih buat suka makan coklat lagi."

Setelahnya Sheva kembali tertegun. Menoleh kearah Charlie yang ternyata juga menatapnya. "Ini papah bahas soal coklat beneran kan?"

"Kalo yang lain?" Jawab Charlie. "Papah tau kalo kamu udah paham sama maksud papah."

$$$$$$$$$$$

"Hari ini selesai lebih awal." Kata Irene sambil melihat hasil fotonya. "Tiga minggu kedepan juga bakalan pulang cepet. Soalnya kontrak tinggal tiga minggu,"

"Wah, asik tuh," Ami tersenyum. Memasukkan ipadnya kedalam tas dan menghampiri Sheva yang baru selesai berganti pakaian. "Mau langsung pulang apa mampir makan dulu?"

"Beli kopi ya," Kata Sheva.

"Oke, yang biasanya atau SB?"

"Lagi ngurangin gula nih. Semalem udah makan coklat," Sheva memakai sandal jepit. "Baru beli sebulan yang lalu, masa ga muat sihhh," Decaknya karena sandal jepitnya sangat ngepas.

"Kalo itu bukan karena gendut, mbak. Tapi model sandalnya aja yang emang ngepas. Jarang dipake juga, jadi kayak ngepush gitu."

"Emang iya ya?" Sheva berjalan ke luar. Diikuti oleh Ami. "Irene, duluan ya."

"Iya kak Sheva. Hati-hati. Kak Ami juga." Jawab Irene.

"Mau AYCE ga mbak? Laper nih," Kata Ami.

Sheva masuk mobil. "Boleh-boleh, langsung aja. Mumpung masih siang,"

Ami melajukan mobilnya. Hari ini, Sheva terlihat begitu bersemangat. Mungkin karena pekerjaan nya semakin ringan. Jadi benar-benar mengurangi beban Sheva. Tenaganya juga berkurang sedikit.

Meet Me AnymoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang