"Semua aman deh kayaknya mbak."
"Kok kayaknya?" Sheva membuka bagasi mobil. "Aman beneran nggak?"
"Iyaa, aman-aman."
Lalu mengangkat koper dan memasukkannya ke dalam bagasi. "Nggak berat ini, kenapa bawa koper yang besar?"
Ami juga memasukkan beberapa paperbag ke dalam bagasi. "Kalo koper kecil ga muat. Barangnya kayak nanggung gitulohh. Kalo koper gede emang keliatan longgar banget, mbak."
Sheva mengangguk. "Yaudah, nanti cari koper yg ukurannya pas."
"Gausahlah mbak, apart penuh kalo isinya koper-koper semua." Ami masuk ke dalam mobil, diikuti oleh Sheva. "Lagian juga ga selalu di butuhin. Sayang kalo beli lagi."
"Yaudah," Jawab Sheva sambil memakai seatbelt nya. "Langsung aja, nggak usah beli kopi."
Ami melirik. "Tumben," Mobilnya mulai keluar dari basement. "Tapi mbak Sheva juga harus di kurang-kurangin minum kopi. Nggak baik kalo kebanyakan."
"Sehari sekali doang..."
"Mana adaaa! Hampir setiap pulang pergi pasti mampir beli dulu mbak Sheva tuh. Ntar lama-lama giginya jadi kuning loh."
"Masa sihhh?" Sheva membuka kaca yang berada diatas. Meneliti giginya satu per satu. "Nggak keliatan cuman ya beda aja. Temenin ke dental ya, buat mutihin lagi."
"Ih, nanti email giginya ilang, gampang linuuu, astagaaa. Mending ganti pasta gigi aja."
"Emang ngaruh? Gue pikir sama aja, mi."
"Ngaruh mbak. Cuman yang dipake mbak Sheva yang cuma buat cegah lubang. Ntar aku tanya temen dulu buat yang mutihin tuh yang varian apa."
"Oke, bagus kalo gitu." Sheva melihat jalanan sekitar. "Deket cafe biasanya ya ini? Mampir ajalah, nanggung."
"Kopi lagi?" Tanya Ami begitu memarkirkan mobil di parkiran yang lumayan sepi karena masih pagi.
Sheva malah bersiap. Menutup kepalanya dengan topi, memakai kacamata dan masker. "Gue ikut. Mau cari minuman lain."
Ami tersenyum. "Bagus mbak. Jangan kopi terus."
Mereka memasuki cafe yang baru buka. Ada beberapa pelayan yang masih sibuk mengelap meja. Melihat ada pelanggan pertama yang datang, suasana yang tadinya hening sekarang lebih terisi karena musik mulai mengalun. Lagu i wanna be yours milik arctic monkey sebagai pengawal lagu hari ini.
"Lagu kesukaan kamu, mbak." Bisik Ami. "Kenapa bisa tau ya?"
"Kebetulan kali." Jawab Sheva.
"Halo kak, selamat pagi. Ada yang bisa saya bantu?" Tanya barista itu ramah.
"Halo Iqbal!" Sapa Ami. "Saya hafal nama kamu karena yang paling ganteng,"
"Wahh kak Ami bisa aja," Iqbal tersenyum salah tingkah. "Ini kak Ami bareng temennya? Tumben, biasanya sendiri."
"Bos saya ini,"
"Ohh!!" Iqbal nampak terkejut. Kemudian menunduk memberi salam. "Maaf kak, eh— maksudnya bu. Duhh, ini saya manggilnya kak atau bu, ya? Soalnya masih keliatan muda banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Me Anymore
FanfictionMenjadi model adalah pekerjaan tersantai bagi seorang Sheva Agnesia. Gadis itu benar-benar menikmati perkerjaan yang sudah ia anggap sebagai hobinya sendiri. Seolah-olah Sheva dibayar untuk bersenang-senang. Sangat menyenangkan bukan? Tapi bagaiman...