002 :

600 46 6
                                    

⚘⚘⚘

"Jadi untuk syuting hari ini tetap jalan. Tapi untuk penayangannya saya belum bisa memutuskan. Mungkin menunggu kasus ini reda."

Ami tersenyum dan mengangguk. "Baik Pak, tapi saya mohon sekali lagi agar bapak memastikan bahwa pihak aktris sendiri tidak mendapat kerugian sepeserpun."

"Kalau itu menurut kontrak saja. Saya juga sama halnya, berharap agar tidak ada kerugian."

Pria berkumis itu memberikan sebuah map berisi perjanjian kontrak yang sebelumnya sudah di tandatangani.

"Disini sudah tertulis, bu. Jadi apapun resikonya, harus tetap diterima."

"Ya nggak bisa gitu dong, pak. Maaf kalau saya lancang, tapi disini, dari pihak Sheva sendiri juga sudah banyak mengeluarkan tenaga buat syuting ini. Dia bahkan pincang seminggu karna syuting ini loh, pak. Saya--"

"Iya bu iya, saya mengerti. Tapi pihak kami juga memohon sekali lagi, beri kami waktu. Semuanya akan selesai jika waktu yang diberikan juga sepadan." Jelas pria itu. "Saya rasa sudah cukup sampai disini. Ibu Ami bisa keluar."

Ami menatap keki kearah pria tua berkumis itu. Kemudian melangkahkan kakinya dari ruangan mewah, dengan penghuni pak tua yang sangat menyebalkan itu. Sifat angkuhnya tidak berubah sedari dulu.

Dengan rasa kesal yang masih membuncah,Ami masuk ke dalam mobil. Di dalamnya sudah ada Sheva yang tengah memoles bibirnya. "Kalo bukan karena kamu, aku males banget berurusan sama pak tua itu. Nyebelin tau ga sih, mbak."

Sheva nyengir. "Ya karena itu, gue ngajuin lo buat nemuin pak tua itu. Kalo gue yang dateng, bisa-bisa bukannya nemuin titik temu, malah sibuk ngabsenin penghuni kebun binatang,"

"Lah malah bagus!" Ami langsung menunjuk-nunjuk ke depan. Sembari melajukan mobilnya. "Pak tua itu salah satu penghuninya. Jadi gapapa kamu ngabsenin sodara-sodaranya."

Kemudian mereka berdua tergelak. Alasan Sheva bisa bertahan dengan Ami, ya karena sifat mereka yang begitu mirip. Meskipun umur Ami lebih muda dua tahun daripada Sheva, tapi mereka masih bisa nyambung seolah seumuran.

"Jadi ketemu kak Ailee?"

Sheva mengangguk. "Jadi, itu di cafe yang tadi pagi ya."

"Oke-oke, siapp. Itu nggak kamu habisin mbak?" Ami menunjuk cup kopi dengan dagunya.

"Oh iya, masih kan ya," Sheva meraih cup kopi dan mulai menyedotnya. "Ini sih setara sama kopi yang biasa gue minum. Gapapa lah ya, malah lebih murah. Kita belinya disini terus aja."

"Iya mbak. Btw itu baristanya lumayan."

Sheva melirik sebentar. "Semua barista cakep sih kalo kata gue. Biasalah, marketing buat narik pelanggan."

Ami mengangguk saja. "Iya juga iya. Aku nunggu disini aja mbak."

Sesampainya di cafe tersebut, Sheva turun. Tak lupa menggunakan masker dan kacamata hitam untuk menutupi wajahnya. Berjaga-jaga kalau sampai ada media yang memergokinya. Apalagi yang akan ia temui kali ini adalah Ailee. Gadis yang sangat anti dengan kamera, ah, bukan berarti Ailee tidak suka berfoto, melainkan Ailee tidak mau viral dan dikenal banyak orang.

Meet Me AnymoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang