btw guys, gue klo nulis cerita tuh
"bukan karena dia pemeran utama, jdi bisa terhindar dari semua kesalahan. Tapi soal manusia pasti ada kesalahan nya. Tak luput dari status dia tuh sebagai pemeran utama atau engga,"
kalo spam komennya tembus 20, nnti malem aku update lagi
🌷🌷🌷🌷🌷
Malam itu Sheva membawa minuman-minuman itu ke kasir. Sheva kembali meneliti beberapa kaleng yang terlihat asing, tapi menarik di mata Sheva. Takut kalau-kalau ada kandungan alkohol didalamnya.
"Seratus tiga puluh dua ribu rupiah."
Sheva mengeluarkan debitnya. Setelah selesai membayar, Sheva segera keluar dari minimarket dekat apartemennya itu.
Gadis itu sengaja keluar sendiri tanpa di temani Ami karena merindukan masa remajanya dulu. Yang selalu keluar sendiri untuk membeli banyak jajanan. Meskipun terkadang ditemani Ailee atau....
Jevan.
Sheva menghembuskan nafasnya pelan dibalik masker yang ia kenakan. Kemudian tangannya terangkat untuk memasangkan kupluk hoodie dikepalanya.
Matanya belum beralih dari kedua manik mata didepannya. Pria yang berdiri dihadapan Sheva, dengan rokok elektrik yang menggantung di lehernya.
"Boleh minta waktunya sebentar?"
Sheva mengeratkan genggamannya pada kantong plastik yang ia bawa. Kemudian kepalanya menggeleng pelan.
"Aku sibuk," Jawabnya kemudian berbalik pergi.
Jevan segera mencekal tangan Sheva. "Tolong..."
Mendengar suara memohon dari Jevan membuat Sheva berdecak pelan. Matanya sudah memancarkan kilatan air mata. Tapi Sheva menahannya agar tidak jatuh.
"Sepuluh menit."
🌷🌷🌷🌷🌷
Dan disinilah mereka. Duduk di kursi taman samping apartemen Sheva. Perempuan itu senantiasa memakai maskernya karena tidak ingin ada yang mengenalinya.
"Maaf,"
"Waktunya tinggal empat menit. Enam menit tadi perjalanan buat kesini."
Jevan berdehem pelan. "Aku mau jelasin semuanya ke kamu."
"Tiga menit."
"Shev, please..."
"Jelasin sekarang atau nggak sama sekali?"
"Oke! Aku bakalan jelasin ke kamu semuanya secara singkat." Jevan menarik nafasnya pelan. "Pertama, aku gapernah selingkuh sama Kalana."
Sheva menoleh. "Hal itu ga perlu diungkit lagi."
"Tapi kamu perlu tau, Shev."
Sheva diam. Membiarkan Jevan melanjutkan ucapannya.
"Semua berawal dari kak Jasmine. Dulu kak Jasmine sama mas Chicco pacaran, semuanya merestui. Tapi suatu ketika mereka ada masalah dan kak Jasmine maksa buat nemuin mas Chicco malem-malem dan saat itu hujan lebat."
🌷
"Bunda, pleasee... Jasmine gabisa kalau kayak gini. Jasmine mau semua masalah terselesaikan saat ini juga."
"Sayang, masih ada besok. Kamu bisa selesaiin semuanya besok." Bunda berusaha menolak. "Chicco juga bakalan ngerti kok."
"Gabisaa. Bahkan Chicco gabisa dihubungin."
"Mungkin hp nya mati. Kamu jangan keras kepala, Jasmine!" Bentak Bunda.
Jasmine berdecak kesal. "Kalau gitu, Jasmine pergi sendiri!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Me Anymore
FanfictionMenjadi model adalah pekerjaan tersantai bagi seorang Sheva Agnesia. Gadis itu benar-benar menikmati perkerjaan yang sudah ia anggap sebagai hobinya sendiri. Seolah-olah Sheva dibayar untuk bersenang-senang. Sangat menyenangkan bukan? Tapi bagaiman...