baru selesai ngetik tugas artikel. Langsung inget kalo belum update chapter 041 ehehhe
setel lagu Jakarta Hari ini, cocok bgt sama part 041
🌷🌷🌷🌷🌷
Semalam Jevan mabuk berat. Setelah pertengkaran nya dengan Cendana, Jevan memutuskan untuk pergi ke club. Hanya untuk mencoba minuman haram yang sudah dua kali ini Jevan rasakan. Pikirannya begitu kacau.
Bahkan Jevan sempat menerima panggilan telepon dari Kalana. Tanpa sadar, Jevan memaki perempuan itu. Hingga panggilan dari Sena membuat Jevan sedikit tersadar. Meski tak begitu jelas, tapi Jevan mampu mengatakan keberadaannya saat itu. Sena dan Irene segera menjemput Jevan.
Mereka berdua sedang lembur di kantor, bersama dua karyawan lainnya. Jadi keberadaan Jevan saat itu menjadi tanda tanya bagi mereka. Apalagi saat melihat Jelita pulang sendiri ke studio.
"Jelita mau sarapan apa?" Irene baru saja datang ke kantor.
Meski jam kerjanya dimulai pukul delapan nanti, Irene memilih untuk datang setengah jam lebih awal. Mengingat keberadaan Jelita di studio, serta Jevan yang bahkan tidak mengenal dirinya siapa. Pasti Jelita tidak ada yang mengurus.
"Nanti aja kak. Jelita masih kenyang."
Irene langsung duduk di samping Jelita. "Kenyang sama masalah masmu ya?"
Sudut bibir Jelita tertarik keatas. Merasa prihatin dengan nasibnya sendiri. Seolah masalah datang bertubi-tubi, bagian terburuknya, Jelita yang memulai masalah itu. Meski tidak sepenuhnya salah Jelita.
"Kak Irene sendiri datengnya?" Jelita mengalihkan.
"Enggak sih. Tadi bareng Sena. Dia udah nangkring di warung nasi kuning depan situ. Kamu mau?"
Jelita menggeleng. "Enggak. Kalo buat mas Jevan boleh kak?"
Irene berdecak pelan. "Halah, si bos mabok biarin aja tuh kelaperan. Salah sendiri pake acara mabok segala."
"Mas Jevan sering kayak gitu ya kak?"
"Enggak sih... Tapi pernah sekali. Pas pertama kali ketemu juga," Irene menaikkan alisnya. "First impression yang sangat buruk. Dia lagi mabok di pinggir jalan. Sambil nangis-nangis."
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Me Anymore
FanfictionMenjadi model adalah pekerjaan tersantai bagi seorang Sheva Agnesia. Gadis itu benar-benar menikmati perkerjaan yang sudah ia anggap sebagai hobinya sendiri. Seolah-olah Sheva dibayar untuk bersenang-senang. Sangat menyenangkan bukan? Tapi bagaiman...