30

4.2K 443 17
                                    


Sepulang sekolah Renjun berniat ke Panti untuk menemui Haechan. Dirinya sedari tadi tidak melihat keberadaan nya karena biasanya saat dirinya masuk ke dalam kelas dapat di lihatnya anak itu. Tapi pagi tadi dirinya tidak melihatnya.

Dirinya sudah memikirkannya tadi malam, tentang dirinnya yang harus mengikuti orang tuanya ke China dan meninggalkan cinta pertamanya yang bahkan belum sempat dirinya ungkapkan pada pemiliknya. Dan di sinilah sekarang Renjun berada, di depan Panti masih dengan seragam sekolahnya. Saat hendak mengetuk pintu tersebut, seorang anak kecil keluar dan memperhatikan dirinya.

"Hyung, ada yang bisa saya bantu?" Dirinya tersenyum melihat betapa ramahnya anak kecil di depannya ini. Lalu dirinya mensejajarkan tubuhnya dengan anak kecil itu.

"Hyung sedang mencari Haechan hyung. Apa ada?" Tanyanya. Dapat di lihat raut anak itu berubah sendu setelah mendengar nama Haechan.

"Hey, ada tidak hmmm." Ulangnya.

"Maaf hyung, Haechan hyung sedang tidak ada di dalam." Jawabnya yang membuat Renjun bingung. Lalu kemana Haechan?.

"Haechan hyung berada di rumah sakit, kata Eomma Haechan hyung kecelakaan." Lanjutnya. Renjum terdiam. Lelucon macam apa ini. Namun setelahnya dirinya segera bergegas memasuki mobilnya dan melesat dengan kecepatan yang di bilang cukup tinggi.
Dirinya berniat mengungkapkan perasaan nya kenapa jadi seperti ini. Lalu dirinya teringat ucapan Ningning tadi pagi.

"SIAL." Ucapnnya dengan memukul stirnya.
"Jika memang kau pelakunya aku akan benar-benar membencimu wanita sialan.'' gumamnya.



~~~~~



Doyoung masih saja mengelus rambut Haechan yang halus itu. Dirinya sedih meliahat anaknya yang setiap harinya ceria harus terbaring di rumah sakit. Dirinya tidak tau kenapa orang itu benar-benar tega membiarkan anaknya itu dan meninggalkannya setelah menabraknya. Di genggamnya tangan itu dan dapat dirinya rasakan pergerakan dari tangan itu. Dirinya segera menekan tombol yang berada di bed itu untuk memanggil dokter.

Ten dan Mark yang baru saja kembali membeli makanan di buat bingung oleh dokter dan perawat yang berlari tergesa menuju ruangan Haechan. Segera Ten berlari di ikuti Mark. Dirinya tidak mau melihat anaknnya terluka lebih parah lagi. Saat sampai di ruangan Haechan mereka berdua terdiam melihat Haechan yang sudah membuka matanya. Ten melihat itu langsung saja menghampiri Haechan dan memeluknya. Tangisnya sudah pecah saat dirinya melihat anaknya sudah sadar. Setelah puas memeluk nya segera di lepasnya pelukan itu.

"Anak Eomma sudah bangun, apa ada yang sakit. Bilang! Ayo katakam pada Eomma." Ucapnya dengan sedikit bergetar karena masih tidak percaya anaknya sudah sadar. Haechan menggeleng pelan "Anoyo Eomma." Ucapnya, kemudian matanya melihat Mark kekasihnya dan tersenyum seolah memintanya untuk menghampirinya. Ten dan Doyoung yang melihat pun memberikan ruang untuk mereka berbicara. Johnny sudah pulang bersama Hendery karena Wooyoung merasa pusing dan lelah.

Setelah kepergian orang tua Haechan dan dokter, Mark berjalan mendekati kekasih nya.

"Kau nakal sekali sampai bisa sampai di kamar ini." Ucap Mark dengan kejahilannya. Jangan tanya bagaimana perasaan Mark. Karena sesungguhnya dirinya merasa jantungnya berhenti saat melihat Haechan terbaring di ranjang rumah sakit ini. Sama hal nya dengan Doyoung Eomma, bahkan Doyoung hampir pingsan saat dirinya memberitahukan bahwa Haechan berada di rumah sakit.

"Hyung!" Panggilnya.

"Hmm."

"Kenapa kau bisa tahu aku di sini?"

"Haisss. Anak ini! Lalu sekarang hyung tanya kenapa Haechannie kekasih hyung bisa berada di sini?". Mark memutar pertanyaan Haechan yang mana membuat anak itu tersenyum kecil.

"Aku tau dari Hendery, tadi dia mengabariku." Lanjutnya.

"Hyung!" Panggilnya lagi.

"Yes baby."

"Haus." Segera Mark mengambil minum yang berada di atas meja itu dan membantu Haechan meminumnya.

"Sudah?". Haechan mengangguk.

"Hyung!" Panggilnya lagi. Mark gemas sendiri jadinya. Namun tetap sabar menghadapi kekasihnya yang mungkin baru dirinya sadari jika  anak itu jahil.

"Saranghae." Sial Mark malu mendengar ucapan Haechan. Bahkan mukanya sudah memerah.

"Nado sayang."




"Terlambat lagi."  Ucap seseorang. Lalu pergi meninggalkan ruangan itu. Mungkin nanti malam saja dirinya kembali sebelum pergi ke Bandara.


~~~~


Minggi memasuki ruangan San tersebut dan meletakan amplop coklat itu di meja yang di mana membuat San mengehentikan kegiatan menandatangani surat persetujuan kerjasama. Melirik sebentar, lalu tangannya mengambil amplop itu dan membukanya. Terdapat  foto mobil  dan bukti lainnya seperti flashdisk.

"Apa ini." Tanyanya.

"Lihat saja. Dan ku pastikan kau terkejut."
Mendegar itu San segera memasangkan benda tersebut ke laptop nya. Dan dapat dirinya lihat kejadian yang membuat adiknya berada di rumah sakit. Mematikan video cctv tersebut dan telinganya memdengarkan mingi yang mulai bercerita.

"Dia, yang menabrak adikmu. Setelah kau menyuruhku tadi pagi aku langsung mengerjakannya pada saat itu juga."

"Lalu apa motif orang itu menabrak adikku." Ucapnya menyela pembicaraan mingi.

"Orang yang menabrak Haechan tidak terima jika    orang yang akan bertunangan dengannya malahan mencintai adik mu. Dan apa kau tau bahkan anak itu anak dari Tuan Ning yang menjadi donatur di sekolah milikmu. Dan ini juga mungkin akan membuatmu senang. Tuan Ning juga merupakan orang yang mempunyai perusahaan yang akan bekerjasama dengan perusahaan ini." Ucapnya. San menyadari sesuatu segera dirinya melihat kertas yang akan di tanda tangani lalu menghela nafas.

"Untung saja." Ucapnnya.

"Mingi hyung, bisa kai bawa kemari orang itu. Dan pastikan ayahnya tidak menjadi donatur lagi di sekolah milikku." Tegasnya.

"Aku juga akan memastikan Appa untuk membatalkan kerja sama ini." Lanjutnya.

"Baiklah, aku pergi." Ucap Mingi lalu pergi meninggalkan  San yang sedang tersenyum mengerikan.



Tbc.

Pada nungguin engga? Hehehehe.


Haechan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang