32

4.1K 392 24
                                    

Pagi ini Ten dan Wooyoung sedang berkutat di dapur untuk membuat sarapan sekalian bekal untuk Haechan dan Doyoung.

"Wooyoungie~~." Panggil Ten kepada menantunya yang sedang memotong sayuran di sebelahnya.

"Nde Eomma." Jawabnya dengan melihat sekilas Eommanya.

"Apa kau mau ikut ke rumah sakit? Sekalian memeriksa dirimu." Ucapnya. Pasalnya tadi pagi saat Ten baru pulang berbelanja dirinya mendengar suara seseorang sedang muntah di kamar Mandi yang berada di dapur. Berjalan mendekat ke arah suara tersebut dan mendapati menantunya yang sedang mencoba mengeluarkan semua yang menantunya makan.
Wooyoung tersenyum mendengar Eommanya berbicara seperti itu "Ini hanya mual biasa Eomma. Mungkin aku salah makan.".

"Kita ke Rumah sakit saja ya? Nanti Eomma temani setelah mengantar makanan untuk Haechan." Ten khawatir terhadap menantunya ini, makannya dirinya berusaha membujuk Wooyoung agar mau. Siapa tau kan dapat cucu hehehe  pikir Ten.

"Hmm, terserah Eomma saja." Jawab Wooyoung yang membuat Ten tersenyum senang.

Saat sarapan sudah siap Wooyoung pamit ke atas untuk memanggil Henderi dan San suaminya. Hendak mengetuk pintu namun anaknya sudah terlebih dahuku membukanya.

"Pagi Hyung." Serunya saat melihat hyung kesayangannya berada di depannya. Wooyoung terkekeh dan segera menyuruh anak itu turun untuk sarapa setelahnya dirinya memasuki kamar miliknya dan San.

"Sayang!!" Teriak Wooyoung saat tidak mendapati San di kamarnya. menoleh ka arah balkon dan ternyata suaminya sudah rapi dan mungkin sudah siap untuk mencari pundi-pundi uang. Menunggu sebentar sembari membereskan handuk yang habis di pake oleh suaminya.

"Oh!! Kau sudah baikan?". Ucap San saat dirinya baru saja menelfon dan mendapati istrinya sedang beberes kamar. Wooyoung menghampiri San dan memberikan Dompet lalu memasangkan dasinya.
Cupp~~~ di kecupnya bibir San setelah memasangkan dasi itu.

"Mm. ayo turun sarapan. Semua sudah di bawah." Ajaknya yang di angguki oleh San.

"Aku pulang telat hari ini." Ucap San membuka suara di tengah acara sarapannya. Membuat Johnny menatap anak pertamanya itu, "Ada yang harus aku katakan pada Appa nanti di kantor, masalah perusahaan."

"Baiklah."

"Kalau kau tidak membolos lagi kan?" Tanya Johnny pada Hendery yang sedang meminum susunya.

"Tidak dong Paduka, aku anak Rajin."

"Tch!!! Rajin tapi tidak kunjung dapat pasangan." Sudah tau kan siapa orangnya yang berkata seperti itu.


~~~~

"Jadi apa yang akan kau katakan San." Tanya Johnny pada anaknya yang baru saja meletakan tas nya. Bukannya menjawab San malah berjalan menuju mejanya dan membuka laci meja itu lalu di ambilnya amplop coklat yang kemarin Mingi bawakan untuknya. Setelah di dapatinya segera dirinya menghampiri Appa nya dan duduk di hadapannya.

"Lihat ini Appa." Ucapnya membuat Johnny mengangkat 1 alisnya ke atas.

"Apa ini?". San hanya tersenyum "Bukalah." Lalu Johnny membuka amplop itu dan membacanya. Bahkan San sudah mengambil flashdisk itu dan menyambunggkan nya di laptop yang dirinya keluarkan dari tasnya. Rahang Johnny mengeras melihat isi dari video yang di putar oleh anaknya. Video yang berisi cctv kejadian di mana anak bungsunnya tertabrak.

"Appa!". Panggil San saat video itu berakhir. Johnny hanya mentap anaknya itu seolah berkata ada apa?

"Apa Appa baru saja menerima tawaran kerja sama dengan perusahan keluarga Ning?." Tanya San.

Haechan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang