Vic tersadar dengan pandangan gelap, tangan kakinya terikat, dia berusaha mengingat kembali apa yang telah dialaminya. Dia ingat mobil yang dikendarai Carlos dihentikan oleh beberapa orang berpenutup wajah, Vic juga mengingat Carlos yang berusaha melindunginya dipukul oleh orang-orang yang kelihatannya ingin membawanya. Dia ditarik turun oleh dua orang pria bertopeng, dia berusaha melawan tetapi kekuatannya tidak sebanding dengan dua pria yang menahannya. Dua orang yang sedang dilawan oleh Carlos mengeluarkan senjata tajam, membuat Vic berteriak ketika salah seorang berhasil menusuk Carlos, dia melihat Carlos jatuh dengan memegang perutnya yang sudah berlumuran darah, setelah itu dia merasa lengannya ditusuk dan seketika itu juga pandangannya menjadi gelap dan tubuhnya menjadi lemas.
Sekarang setelah mengingat semua kejadian itu, Vic merasa kuatir, dengan lukanya jika Carlos tidak mendapat pertolongan maka mungkin saja dia akan meninggal disana, memikirkan hal itu membuat kesadaran Vic menjadi penuh. Vic mencoba menanjamkan pendengarannya untuk mendengar atau mungkin saja dia bisa mengenali tempat dia disekap, walau tentu saja hal itu tidak mungkin. Sekarang dia sedang berada di negara asing, di kota yang bahkan tidak pernah dia kunjungi, dan sekarang apa yang dialaminya membuatnya takut tetapi tidak membuat pikirannya kalut. Vic tahu orang-orang yang menculiknya bukan untuk meminta tebusan tetapi memiliki niat lain, dan mungkin saja dia sudah diikuti sejak dari hotel, sehingga perasaan diamati yang dirasakannya memang benar.
Vic mendengar suara pintu yang terbuka, dia hanya berpikir lebih aman untuknya berpura-pura masih belum sadarkan diri daripada para penjahat itu tahu dia sudah sadar dan mungkin akan semakin membahayakan dirinya.
"Dia masih belum sadar? Berapa banyak obat yang sudah kamu suntikkan padanya?"
"Seperti biasa, tapi lebih baik dia tidak sadar supaya kita tidak perlu repot."
"Benar juga, jam berapa dia akan dia akan dijemput?
"Mereka sedang menunggu hasil pemeriksaan, kurasa sebentar lagi bos akan memberi kabar."
"Mengapa kali ini terburu-buru?"
"Memangnya jika tidak terburu-buru kamu mau menikmatinya dulu? Ingat bos sudah berpesan untuk memastikan dia tidak terluka dan kita tidak boleh menjamahnya karena jika ternyata hasil pemeriksaannya tidak cocok, dia akan laku dengan nilai tinggi."
"Apakah karena bos ingin menikmatinya lebih dulu sebelum dijual bersama yang lain? Kelihatannya wanita ini sangat special."
"Lebih baik kita tidak perlu memikirkan hal itu, yang penting adalah memastikan transaksi ini berhasil dan setelah mendapat bayaran kamu bisa mencari wanita manapun untuk memuaskan napsumu."
Kedua pria itu tertawa, tawa mereka baru berhenti ketika ada bunyi telepon genggam. Dari pembicaraan mereka Vic berpikir apakah dia akan menjadi korban penjualan organ atau human trafficking yang memang sedang ramai dibicarakan atau tepatnya dibacanya saat dia mencari informasi tentang kota itu.
"Halo."
"Ok."
Hanya percakapan singkat tetapi yang membuat Victoria takut sampai tanpa sadar membuat gerakan adalah perkataan selanjutnya.
"Hasil pemeriksaannya cocok, 30 menit lagi dia akan dijemput, jadi kita harus secepatnya menyiapkan pengiriman ini."
"Tenang saja, petinya sudah siap tinggal memasukkannya."
"Kelihatannya dia sudah sadar."
"Bagaimana?"
"Bagaimana apa? suntik saja, dia masih harus menempuh perjalanan panjang jadi lebih baik jika dia tidak sadarkan diri."
Victoria mencoba menolak ketika lengannya ditarik tetapi mulutnya kelihatannya juga diikat sehingga dia tidak bisa mengeluarkan suaranya, kegelapan kembali menghampirinya dan dia hanya bisa berdoa dan pasrah jika dia memang harus menyusul kedua orangtuanya dan grandmanya, mengakhiri cita-citanya yang bahkan belum terwujud.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Always In My Heart
RomanceLiburan yang akhirnya menjadi mimpi buruk untuk Victoria, dia tidak akan menyangka jika liburan kelulusannya yang dipikirnya sebagai sesuatu yang akan menyenangkan berakhir pada penculikan yang hampir saja membuat dia menjadi korban human traffickin...