Marc membuka pintu kamarnya, melihat keluar dan tersenyum kecil, kelihatannya lantai ini tidak ada penghuni selain dirinya. Dia tidak tahu kemana perawat yang harusnya berjaga didepan kamarnya tetapi hal itu tidak menjadi masalah dan kesempatan bagus ini tidak boleh dilepaskan. Dengan santai dia keluar dan menutup pintu kamarnya, melangkah menuju tangga darurat, turun satu lantai dan keluar dilantai 19 sebelum lanjut turun menggunakan lift.
Didalam lift dia membaca keterangan perlantai dan menekan tombol 3, pintu lift terbuka, Marc berjalan mengikuti petunjuk dan instingnya sampai dia menemukan ruangan yang dicarinya, hanya saja dia tidak melihat orang yang dicarinya disana.
Marc menahan satu perawat yang baru keluar dari ruangan itu, "Dokter Victoria?" tanyanya.
"Oh, dokter Vic sedang praktek di lantai dua." Kata siperawat, Marc mengucapkan terima kasih dan kembali memutuskan turun menggunakan tangga daripada lift yang selalu ramai.
Marc mengelilingi lantai 2 yang ramai dengan pasien rawat jalan sehingga tentu saja tidak ada yang memperhatikannya atau tepatnya kebiasaanya untuk membaur dengan alami tidak membuat orang-orang memperhatikannya.
Dia menghentikan langkahnya saat melihat orang yang dicarinya keluar dari sebuah ruangan, disampingnya ada sepasang orangtua dan kelihatannya Victoria sedang memberi perintah pada perawat yang ada didepan ruangannya untuk membantu pasien itu.
Baru saja Marc akan mendekati dan menyapa dokter yang dicarinya itu, satu kejadian tidak terduga terjadi, seorang pasien yang sedang duduk mengantri dokter diruangan sebelah tiba-tiba terjatuh, kepanikan mulai terjadi. Vic yang awalnya baru akan meninggalkan ruangannya langsung berlari menghampiri pasien itu, memeriksa dengan cepat dan langsung memerintahkan perawat untuk membawakan tempat tidur dan segera memindahkan pasien ke unit gawat darurat untuk mendapatkan penanganan pertama, hanya saja saat pasien sudah terbaring ditempat tidur, kelihatannya detak jantungnya menghilang, apa yang disaksikan Marc membuatnya terpana, tanpa menunggu Vic langsung naik keatas tempat tidur untuk memberi pertolongan dengan terus menekan jantung pasien dan dengan cekatan petugas mendorong tempat tidur. Semua yang ada disana membuka jalan untuk mereka termasuk Marc yang tanpa sadar tersenyum, melihat apa yang dilakukan Vic dan tanpa sadar hatinya yang awalnya senang melihat Vic sekarang bukan hanya senang tapi bergetar. Kagum dengan totalitas Victoria dan tentu saja menghilangkan semua kecurigaannya pada dokter wanita itu.
Victoria baru keluar dari unit gawat darurat, bersyukur pasien yang tadi ditolongnya selamat dan sudah mendapatkan penanganan lanjutan. Tetapi baru saja dia bernafas lega, telepon genggamnya bergetar dan melihat nomor yang tertera disana, Vic langsung mengangkatnya.
"Halo dok."
"Pasien istimewamu menghilang dari kamarnya."
"Kapan?"
"Info dari perawat dia meninggalkan posnya untuk pergi menyerahkan laporan 45 menit yang lalu, jadi harusnya dia keluar kamarnya saat itu."
"Dia meninggalkan rumah sakit?'
"Kelihatannya tidak, telepon genggam dan laptopnya masih ada dikamarnya."
"Kalau begitu biarkan saja dok, dia pasti akan kembali ke kamarnya setelah puas berkeliling."
Oscar hampir tidak bisa menahan tawanya, apa yang dikatakan asistennya itu mungkin benar, apalagi dia tahu Marc bukan orang yang bisa diam lama apalagi dia sudah hampir 3 minggu dikurung dikamarnya.
Panggilan dari intercom rumah sakit yang meminta dokter Victoria ke cafeteria karena ada seorang pasien yang menunggunya, membuat Vic tertegun.
"Siapa yang menunggumu di cafetaria?" tanya Oscar yang ikut mendengarkan
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Always In My Heart
RomanceLiburan yang akhirnya menjadi mimpi buruk untuk Victoria, dia tidak akan menyangka jika liburan kelulusannya yang dipikirnya sebagai sesuatu yang akan menyenangkan berakhir pada penculikan yang hampir saja membuat dia menjadi korban human traffickin...