Part 24

1.9K 265 41
                                    

Tony terkejut melihat nomor yang tampil dilayarnya, dia langsung mengangkatnya, "Halo, Ada apa?" Tony menunggu jawaban dari sambungan telepon itu, "Vic?" panggilnya lagi karena tidak ada jawaban.

"Apakah dia sudah datang?" tanya Vic. Tony bernafas lega, dia sudah berpikir hal buruk terjadi pada Vic.

"Ya. Kamu ingin menemuinya?" tanya Tony dan tersenyum ketika mendengar suara tawa tertahan Vic.

"Apa yang bisa kulakukan?" tanya Vic.

"Pulanglah ke flatmu, aku akan mejemputmu disana."

"Bagaimana dengan mereka?"

"Meragukan kemampuanku mengecoh mereka?"

"Jangan sombong."

"Hati-hati, jangan sampai tertidur di bus dan perhentianmu terlewatkan. Sampai bertemu." Tony masih mendengar tawa Vic, dia tidak tahu apa yang membuat Vic menghubunginya dan sudah kembali seperti Vic yang dikenalnya, apapun yang telah membuat Vic berubah masih bisa ditanyakannya setelah mereka bertemu.

"Kelihatannya ada yang sudah berbaikan." Kata James menggoda Tony.

"Aku pergi menjemputnya dulu." kata Tony pada kedua rekannya, sebelum membuka pintu dia kembali berbalik dan berkata, "Minta Rusk membelikan satu paket makan malam lagi."

"Siap bos. Hati-hati, tolong bawa dia dengan selamat sampai disini." Kata Hawk yang diabaikan oleh Tony karena tahu semakin dilayani anak buahnya akan semakin terus menggodanya.

Dalam perjalanan Tony menelepon seseorang, "Aku mau menculik dokter cantikku."

Cukup satu kalimat dan orang diseberang sambungan telepon itu hanya menjawab dengan tawa sebelum menutup telepon.

Tony tiba di gedung dimana flat Vic berada, dia langsung turun ketempat parkir gedung yang sebenarnya memiliki akses terbatas, tetapi tentu saja tidak terbatas untuk dirinya. Dia berhenti disana dan menelepon, "Turun ketempat parkir B1 sekarang. Biarkan lampu dan televisimu tetap menyala."

Tidak perlu menunggu lama, Tony sudah melihat Vic keluar dari lift dan tentu saja dia sudah menunggu disana. Tanpa ragu Vic naik dan menurut ketika Tony memintanya menunduk saat mereka keluar melewati palang otomatis, sampai mereka memasuki jalan raya.

"Bagaimana kamu bisa masuk kebawah?"

"Bukan hal sulit, bahkan aku bisa masuk ke unitmu dengan mudah jika aku mau."

"Kita kemana?"

"Ke markas."

"Ke markas?"

"Tapi bukan markas yang pernah kamu kunjungi."

"Apakah kamu yakin telah berhasil mengelabuhi orang-orang yang mengawasiku?"

"Tenang saja, aku tidak akan menyetir dengan santai jika mereka masih mengikuti. Mengapa kamu berubah pikiran?"

Vic diam sebelum menjawab, "Karena perkataanmu memang benar dan aku harus mempercayaimu."

"Kamu harus ingat, apapun yang terjadi dulu ataupun yang akan terjadi bukan kesalahanmu dan kamu tidak perlu bertanggung jawab atau merasa bersalah, yang penting adalah membuat orang-orang yang menyebabkan hal ini terjadi mendapatkan hukuman yang sepantasnya."

Vic mengangguk, "Maaf karena terlalu egois dengan pemikiranku sendiri."

"Semua belum terlambat dan kamu tahu bukan aku yang harus kamu percayai tetapi dirimu sendiri, sama seperti kamu mendiagnosa dan melakukan operasi pada pasienmu."

"Ya, dokter Oscar juga sudah mengingatkanku."

"Kelihatannya dia cukup perhatian denganmu, apakah mereka berdua mempersulitmu?"

You Are Always In My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang