TEAM: 4: DIA ITU ADLY

3.2K 305 304
                                    

"Semua orang tau kalau perasaan terburuk itu adalah saat kamu yakin sudah memberi yang terbaik, tapi itu tetap saja ... tidak cukup."

ADLY

HAPPY READING

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HAPPY READING

...

Terlalu berat. Terlalu lelah. Adly ragu membuka pintu kerja Reno sepulang sekolah. Niatnya memang ingin bersembunyi dari pria itu dan kalau bisa, ia hanya ingin menghabiskan waktu di kamar dengan tumpukan buku atau mendengar musik dari mp3-nya.

Berdiri di depan pintu dengan helaan napas pelan, masih dengan tangan yang nyaris menyentuh tuas pintu, berharap waktu cepat berlalu tapi tetap saja raganya melambatkan detik yang berjalan seakan berkata kalau ia tak perlu menghiraukan panggilan papanya yang minta bertemu.

Karena Adly tau begitu ia ada di dalam sana, ia akan mendapat masalah.

"Kamu nggak perlu masuk ke sana, Adly," sahutan itu terdengar dari seorang wanita yang bersidekap di belakang Adly.

Tak perlu dirinya menoleh, ia sudah tau kalau itu suara Raya.

"Kalau kamu takut, nggak perlu. Biar mama yang nanti berurusan sama papa kamu."

Penegasan yang cukup baik dari seorang ibu, bukan? Tapi Adly tidak merespons itu. Malah menentang sarannya dengan segera membuka pintu dan menghilang dari pandangan Raya.

Masuk ke dalam ruangan menjadi pilihan pada akhirnya.

Tampak di sana, Reno sedang bicara sambil tertawa dengan gagang telepon ditelinga. Menyadari kehadiran Adly, ia langsung menyudahi panggilan dan berpesan pada seseorang di seberang untuk menghubunginya nanti. Lantas menautkan jemari di meja dan berdehem menatap Adly.

"Barusan, papa dihubungi stasiun TV yang meminta kamu hadir untuk diwawancara. Jadi, persiapkan diri kamu minggu depan, kamu harus tampil di sana," tegasnya disertai senyuman senang. "Bagaimana tugas kamu di sekolah hari ini?"

Butuh jeda yang cukup lama Adly menjawab, masih dengan wajah datarnya dan tatapan yang kosong membuat Reno mengernyit.

"Ada yang mau kamu bilang?"

Mengerjap, pada akhirnya lelaki itu berani membuka suara. "Aku sekelas dengan Aurelie."

Reno semakin menautkan alis. Mungkin sedang membaca kegelisahan putranya itu. Lantas kembali menyandarkan tubuh di badan kursi dan terkekeh. "Memangnya kenapa? Bukannya itu bagus? Kamu jadi bisa memperlihatkan semua kelebihan kamu melawan Putri Sevenor itu. Biar mereka sadar, mereka nggak akan bisa melawan Nirlangga."

Adly tidak menjawab. Padahal Reno tau sendiri seberapa erat persaingan kedua pihak itu, meski Adly memang mengalahkan Aurelie dalam kejuaraan sekolah tahun kemarin.

Reno menggoyangkan kursi, tidak melepaskan tatapannya dari Adly meminta jawaban. "Apa yang kamu cemaskan?"

"Nggak ada," jawab Adly dengan cepat. Berharap dengan jawaban itu, Reno akan menyudahi pertemuan mereka hari ini.

Team ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang