TEAM: 73: IT'S YOU

1.6K 285 269
                                    

Know when I'm with you
I can't keep myself from falling
Right time at the right moment
It's you

Henry Lau - It's You

HAPPY READING

...

Kabar Reno Nirlangga ditahan atas kasus kekerasan rumah tangga dan penganiayaan menyebar cepat di seluruh Kota menjadikan mereka tak menyangka, pria tersukses dan tercerdas itu benar menyiksa keluarganya sendiri.

Dan tentu pihak yang menertawakan kasus ini sudah pasti keluarga Sevenor. Kabar buruk yang menjadi kabar baik bagi mereka.

Tapi tetap saja, walaupun keluarganya bersuka cita atas ini, Aurelie sama sekali tak merasa senang. Malah kasihan dan menempatkan posisinya jika ia menjadi Adly. Apa lagi Mamanya saat ini sedang dalam kondisi kritis.

Pasti lelaki itu tak baik-baik saja.

Aurel tau perasaan itu ... perasaan saat tak ada orang di sisi. Saat tak tau harus lari ke mana. Itu adalah perasaan terburuk yang pernah ada. Dan Adly pasti berada di sana.

"Malam nanti akan ada family dinner. Kalian berdua harus datang yah, Aurel, Jessy," ucap Johan, di meja makan sebelum mereka berangkat sekolah.

Aurel dan Jessy menoleh bersamaan.

"Jessy mau latihan."

"Latihan kamu 'kan boleh ditunda dulu."

Jessy hanya diam. Ya, sebenarnya tak ada latihan sih. Dia cuma malas saja ikut family dinner yang pasti diadakan untuk merayakan kabar keluarga Nirlangga itu. Dasar.

"Pengumuman esai kamu kapan, Aurel?" tanya Johan lagi.

Pertanyaan itu menghentikan pergerakan Aurel, yang sudah mengangkat kepala dan melirik Adnan, Johan dan Jessy bergantian.

"Ah, itu—" Aurel sedikit menunduk. "Aurel nggak jadi ikut, Tante."

Adnan mengernyit. "Nggak jadi ikut kamu bilang?"

"Iya," jawabnya. "Esainya belum selesai dan batas pengumpulannya udah berakhir."

Tentu ini mengejutkan bagi mereka karena tidak biasanya Aurel lambat mengerjakan tugas. Biasanya kan Aurel suka selesai sebelum deadline.

"Ke—kenapa? Esainya susah?" tanya Johan.

Aurel menggeleng. Bukan esai-nya yang susah, tapi keyakinannya. Tak yakin bisa menang dan membawa kabar baik untuk mereka. Bagaimanapun, predikatnya sebagai posisi kedua selalu menghantui, menjadikan Aurel tersugesti dengan hal-hal seperti itu.

"Aurel, trus kalau nggak ikut esai kamu mau kompetisi apa?" Kali ini Adnan menyahut. "Malam ini family dinner, Rel."

Jessy yang menyimak sedaritadi, mengerjap ketika Aurel diam saja sambil menunduk.

"Ya udah sih, kalau dia nggak mau ikut. Suka-suka dia lah."

Johan dan Adnan meliriknya bersamaan.

"Kenapa? Mau terus paksain orang yang nggak mau?" lanjut Jessy. "Kalian tuh kapan sih berhenti kayak gini terus? Nggak capek apa nuntut orang macem-macem?"

"Ini bukan tuntutan, Jessy," seru Johan lagi. "Remember who you are."

Sevenor? Ya selalu menyebalkan mengetahui dia terlahir dari keluarga semacam ini, tapi bagaimana dia bisa protes? Kalau takdirnya sudah begitu.

"Aurel, kalau kamu ada kesulitan nggak apa-apa bilang aja ke Tante. Kamu pasti ... sibuk yah karena pengaruh ketua OSIS atau—"

"Tante," tegur Aurel dengan cepat.

Team ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang