TEAM: 21: BERUSAHA KERAS

1.9K 194 54
                                    

HAPPY READING

...

Di meja belajarnya sekarang, Airin sudah berkutat dengan beberapa buku pelajaran. 

Ini mungkin jadi salah satu keajaiban dunia entah yang ke berapa ketika Airin memutuskan ia akan belajar dengan giat setelah melakukan pertimbangan beberapa hari ini. Yap! Ia harus bisa lolos program PIN. Alasannya? Tentu saja agar bisa diakui seperti dua sahabatnya. 

Selain itu, Airin juga ingin menerima tantangan Adly untuk menggeser posisinya di sekolah. Ya, ini terdengar konyol karena tidak mungkin Airin bisa berada diposisi itu dengan kondisi otak lemot seperti ini. Kalaupun bisa, bukannya ia harus melampaui sembilan puluh sembilan orang di atasnya? Belum lagi harus menggeser posisi lima laminasi wajah—setidaknya menggeser Prity yang ada diposisi peringkat lima sekolah—itu mustahil!

Tapi, tenang saja. Airin akan mengerahkan seluruh tenaganya demi misi menakjubkan ini. Dia hanya perlu belajar terus 'kan?

Inilah yang dilakukan Airin sekarang. Membaca ulang materi, mencari pemahaman di sosial media, menonton penjelasan di YouTube, semua hal itu dilakukan berulang kali selama beberapa hari ini sampai Airin bosan dan akhirnya ketiduran di meja belajarnya. Ckckck, kalau begitu terus bagaimana dia bisa jadi anak pintar? 

Maka untuk hari ini, Airin mengoleskan balsem di sekitar matanya, menjaganya agar tidak ketiduran lagi.

"Airin, coba kamu tebak mama masak apa hari ini?" tanya Arista yang tiba-tiba kepalanya timbul di ambang pintu melirik Airin.

Tak ada respons dari gadis itu, hanya terus menggigit ujung pensil dengan dagu yang menempel meja, membaca salah satu buku paket di sana.

Arista mengernyit, "Heh? Kamu cuekin Mama nih sekarang?"

Masih tetap tak ada jawaban, Arista pun menghampiri Airin. Melihat dengan seksama bacaan anak gadisnya itu, seketika ber-ooo riang.

"Kamu lagi belajar?" tanya Arista.

Airin pun mendengkus, mengangkat kepala dan melirik Mamanya.

"Sssttt. Jangan berisik, ntar ganggu konsentrasi Airin," bisiknya.

Arista mengerjap bingung ke arah Airin.

Seumur-umur baru kali ini ia melihat anak gadisnya itu belajar. Yah, Arista dan Jean memang bukan tipe orang tua yang mewajibkan anaknya punya nilai bagus, sih. Tidak terlalu peduli jika gadis itu tidak sepintar dua sahabat cowoknya, melihat Airin ceria dan semangat bersekolah saja sudah cukup membuat mereka bersyukur.

Lalu ... tiba-tiba saja belajar seperti ini? Bukankah itu aneh?

"Ya, tumben sih kamu belajar tapi ... kamu nggak kenapa-napa 'kan?" tanya Arista, menempelkan telapak tangan di dahi Airin. "Nggak sakit? Sakit yah, kok bau balsem?"

Airin menepis sentuhan itu, "Ih, apaan sih Ma?"

"Oh Mama tau nih pasti kamu lagi naksir seseorang 'kan?" tebak Arista lagi.

"Siapa yang lagi naksir orang?" tanya Jean, kepalanya ikutan timbul di ambang pintu mengintip mereka.

Arista dan Airin kompak menoleh.

"Honey, anak kita belajar loh!" seru Arista.

"Heh?" Jean mendekat tidak percaya, beralih melirik buku-buku di meja Airin. "Tumben belajar."

"Mama curiga nih pasti Airin lagi naksir seseorang."

Mendengar teori itu, Jean mengelus-elus dagu dengan raut berpikir, "Bisa jadi sih, mungkin Airin naksir orang yang pinter di sekolah trus mau nyari perhatian dia pake belajar?"

Team ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang