TEAM: 80: SITM

1.5K 228 42
                                    

stuck in the moment

HAPPY READING

...

"Sakit?"

Adly melirik Airin setelah mendengar pertanyaan yang ditujukan untuk lukanya ini.

"Nggak."

Tentu saja tidak. Adly sudah terbiasa dengan hal-hal seperti ini; sampai lupa dengan rasa sakit.

Airin yang matanya sembab pun hanya bisa menunduk, lalu membereskan peralatan P3K-nya dengan gerakan pelan. 

"Gimana test tadi?" tanya Adly, seketika.

"Hm. Lancar kok."

Lalu, hening.

"Lo—nggak ikut test cuma karena mau jenguk ... Papa lo?"

"Anggap aja gitu."

Anggap aja gitu? Berarti yang sebenarnya bukan begitu dong? batin Airin. 

Sungguh. Airin tak bisa menebak apa yang dimaksud cowok ini. Maksud Airin—mana mungkin dia tidak ikut test hanya karena itu 'kan? Seperti bukan Adly yang ia kenal—yang semua orang tau; yang tidak akan melewatkan hal-hal semacam ini.

Tapi Airin hanya diam. Tak tau juga harus merespons bagaimana.

Melihat Airin membisu dengan wajah tertunduk begitu, Adly beringsut dan menarik pipi Airin hingga wajahnya terangkat dan berhadapan dengan Adly.  Gadis itu terperangah.

"Kenapa selalu gitu kalau ketemu gue?"

"Gi—gitu gimana?"

"Nggak pernah natap gue kalau ngomong."

Ya ... sekarang saja Airin masih melarikan netranya dari Adly, tak berani berhadapan dengannya secara langsung berkat kejadian yang sudah lewat. Tapi kalau dipikir lagi, wajar 'kan kalau Airin jadi malu seperti ini? Kejadian itu agak memalukan loh.

"Takut?"

"Ng—nggak kok." Bukan takut, tapi gue malu! 

Adly juga peka sebenarnya kalau Airin bukannya takut tapi malu, karena pipi gadis itu lagi ngeblush sekarang.

"A—nu ... pipi gue, sakit," ucap Airin, menyadarkan Adly kalau dia masih menarik pipi Airin—bahkan mencubitnya.

Adly pun segera melepaskan tangannya dari sana dan menyapu rambut Airin pelan. "Makasih."

"Huh?"

"Udah nyari gue tadi." Lalu tersenyum.

◽◽◽

Sama seperti kemarin, ada tiga bangku yang masih kosong hari ini; Adly, Arian dan Sunny. 

Kemarin, setelah Airin mengobati Adly, dia bilang kalau dia belum bisa sekolah hari ini. Airin masih memakluminya karena Adly harus menjaga Mamanya di rumah sakit. Ya itu lebih baik daripada Adly pulang ke rumahnya sendirian dan melakukan hal-hal yang aneh ... semacam bunuh diri lagi. Tapi Adly sudah bilang kok kalau dia tidak akan pulang ke rumah. Dia akan tinggal di rumah sakit sampai Mamanya sembuh total. 

Kalau Arian dan Sunny, Airin mendapat kabar mereka bisa pindah setelah libur semester nanti. Jadi, mereka hanya punya waktu satu bulan dari sekarang. Tapi tetap saja mereka tidak memilih sekolah hari ini. Entah kenapa. 

Omong-omong, pagi ini juga Pak Willy sudah mengumumkan siapa pemegang PIN emas di kelas dari hasil seleksi kemarin.

"Selamat, Leon. Tahun ini, PIN emas jatuh ke tangan kamu."

Team ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang