TEAM: 49: REWARD

1.4K 188 75
                                    

HAPPY READING

...

"Jadi, Marlen dapat peringkat empat di ulangan Biologi kemarin?" tanya Mami setelah mendapat laporan kalau anaknya, Marlen menyelesaikan ulangan dengan baik bahkan menduduki peringkat empat di sekolah.

Dan Marlen—pelaku yang diduga menempati peringkat empat itu mengerjap tak percaya. Membuat Mami terharu, menghampirinya bahkan memeluk.

"Anak Mama yang paling pintar udah kembali! Marlen yang dulu udah kembali," seru Mami sambil memeluk erat Marlen yang sudah kesulitan bernapas. Tak tanggung-tanggung, Mami bahkan mencium kepala Marlen hingga ke seluruh permukaan wajahnya meninggalkan noda lipstick di sana.

Aska yang melihat betapa dramatisnya keluarga ini mendelik.

"Marlen, Mama bangga banget sama kamu, nak. Akhirnya Marlen bisa kembali kayak Marlen yang dulu. Marlen mau apa? Bakal Mama turutin apa yang kamu mau. Mau cokelat? Es krim? Mau permen? Kue? Liburan?"

"Ma, Aska mau ke Jepang—"

"Bukan kamu!" seru Mami kali ini melirik Aska yang sudah terdiam dengan wajah yang menekuk kesal.

Apa sih? kok cuma Marlen yang dapat reward?

Marlen terdiam. Bingung juga apa yang dia mau sekarang? Padahal Mamanya sudah memujinya dengan penuh energi seperti ini, sia-sia kalau tak ada yang Marlen inginkan, bukan?

Mami melepas pelukannya. Sungguh, dia bangga sekali dengan Marlen yang perlahan-lahan mulai menunjukan adanya perkembangan seperti ini. Mulai dari segi penampilan hingga caranya menghadapi situasi sekolah. Pasti ada sesuatu yang mendorong Marlen hingga dia mau berubah begitu. Dan Mami menganggapnya sebagai motivasi.

Satu-satunya sosok yang terlintas di benak Mami hanyalah satu dari putri Sevenor yang akhir-akhir ini tampak mendekati anaknya. Ya, pasti Jessy yang membuat Marlen seperti itu. Jessy bahkan yang merubah penampilan Marlen jadi serapi sekarang. Padahal dulu itu, Marlen tidak mau merubah penampilannya sama sekali dan membiarkan rambutnya gondrong seperti Dora.

Ya, Mami harus memberi reward pada gadis itu.

◽◽◽

Hari ini adalah pertandingan final basket The Kingers yang diselenggarakan di SMA Bintang Favorit. Sama seperti pertandingan pertama, sekolah membendung puluhan siswa-siswi dari sekolah lawan serta para murid yang masih setia mendukung The Kingers yang diketuai oleh Leonardo Alisatya.

Jessy tidak tertarik menonton pertandingan semacam itu. Walaupun sudah diajak Airin berkali-kali, Jessy tidak mengindahkannya. Soalnya pertandingan basket itu membosankan, isinya cuma teriak-teriak dari penggemar Leon yang didominasi Sessa CS atau yel-yel yang bikin ngantuk. Bukan Jessy banget lah!

Gadis itu memandang Aurelie dari kejauhan yang sibuk bersama rekan OSIS lainnya. Sudah ketua kelas, menjabat ketua OSIS pula. Jangan heran kalau ia punya kesibukan dua kali lipat lebih dari sebelumnya.

Apa sih enaknya punya jabatan-jabatan besar begitu? Ribet yang ada.

Sejak pembicaraan mengenai konflik keluarga mereka dengan Nathanael, Jessy dan Aurelie tak pernah bicara dengan luwes lagi. Mereka jadi canggung bahkan Aurel selalu menghindarinya jika berpapasan di rumah. Kadang membuat Johan bertanya, "Kalian lagi marahan?" Dan dibalas dengan gelengan santuy Jessy yang kemudian segera menghindar sebelum Johan curiga.

Baiklah. Kesampingkan dulu hal itu. Jessy akan mencari waktu luang untuk membuat hubungannya dengan Aurelie membaik agar tidak terjadi kecanggungan seperti ini lagi. Mungkin gadis itu sedang mengurus voting guru favorit yang biasanya akan diadakan setelah voting ketua kelas selesai.

Team ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang