TEAM: 22: KEPUTUSAN

1.9K 190 63
                                    

HAPPY READING

...

Sunny menggigit jari sambil mondar-mandir di depan kamarnya. 

Ia sedang berpikir, apakah benar bergabung dalam program PIN itu bisa membuatnya dapat jadwal makan malam dengan Nathanael? Kalau iya, Sunny harus berusaha gabung di sana—sekalipun caranya harus mendapatkan bocoran ujian. Sunny kan bisa melakukan apa pun di sekolah. 

Dengan begitu, ia bisa masuk dalam program PIN tanpa pengakuan orang-orang atau bahkan tidak perlu lagi berteman dengan lima makhluk aneh itu. 

Daripada itu, Sunny juga berniat mengeluarkan Aurelie dari sekolah karena kelewat kesal dengan jawaban Aurelie kemarin. Tidak! Bukan hanya Aurelie juga, tapi Prity dan Arian. Ia sudah bersumpah akan membuat perhitungan dengan tiga orang itu, jadi, sekarang saatnya beraksi. Tapi, bagaimana bisa itu terjadi sedang ia tidak punya alasan yang jelas kenapa harus mengeluarkan mereka. 

Kalau dulu kan mudah saja, tinggal bilang ada yang membully atau menghukumnya berlebihan dan—sim salabim! mereka keluar dari sekolah. Kalau setipe five lamination face ... bagaimana caranya?

Sunny jadi pusing sendiri. Sudah lebih dari lima menit ia mondar-mandir di depan pintu kamar, diperhatikan pula oleh lima orang maid yang ikut kebingungan melihat Nona Muda mereka gelisah seperti itu. Salah seorang maid pun lekas menghampiri dengan wajah takut.

"Nona, kenapa Nona mondar-mandir seperti itu?"

"Aku lagi mikir," jawab Sunny, sambil terus melanjutkan aksi mondar-mandirnya. 

"Anu, hehe ... saya, pusing lihatnya," terang maid tersebut dengan kekehan canggung.

Sunny pun berhenti dan melirik maid itu tajam, "Siapa juga yang nyuruh kalian liat?!"

Maid itu tampak merutuki kebodohannya sekarang. Hadeh, padahal tugas mereka di rumah ini kan memang untuk memperhatikan Sunny. Kenapa dia jadi marah?

Sunny masih memandang maid yang ada di hadapannya, lalu ke arah empat orang maid yang tak jauh dari tempatnya berdiri sekarang—yang kelihatannya juga ikut merutuki kebodohan mereka. Setelah menimbang cukup lama, Sunny segera memberi mereka perintah.

"Aku mau ada meja belajar di kamar aku dan semua buku-buku pelajaran di sana, jangan sampe berantakan. Sekarang."

"Baik, Nona."

Maid tersebut segera melesat menuju ruang belajar Sunny. Well, sebenarnya maid itu juga tak benar-benar tau apa yang harus ia lakukan setelah mendapat perintah itu, lebih tepatnya meja belajar seperti apa yang Sunny minta? Bukankah gadis itu punya ruangan sendiri untuk belajar?

Setelahnya, Sunny melanjutkan langkah, pergi ke ruangan Liana. 

Di sana wanita itu tampak sibuk, mengatur berkas-berkas—entah berkas apa. Sunny hanya mengamati berkas itu dengan kernyitan tipis seakan menebak apa yang Liana kerjakan di rumah ini selain menjadi guru privatnya dan kepercayaan Krista di rumah?

"Wah, Nona kamu nggak sopan banget, ya? Kenapa masuk ke sini nggak ngetuk pintu dulu? Nona tau, Nyonya Krista itu sering menghubungi lebih dulu lho sebelum bertemu."

Sunny merotasikan netranya ketika mendengar itu, "Ini rumah aku, suka-suka aku mau masuk ke ruangan siapa."

"Hm hm, baiklah, Nona." Liana tersenyum. "Ada perlu apa tiba-tiba ke sini? Nona tau kan kita tidak bisa terlihat dekat seperti ini atau Krista akan curiga kalau kita berdua bekerja sama?"

"Kamu belum ngasih tau Papa kalau aku mau gabung program PIN?"

Belum ada jawaban, hanya ada tatapan Liana yang penuh arti ke arah Sunny.

Team ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang