TEAM: 24: ULANGAN HARIAN

1.8K 211 61
                                    

HAPPY READING 

...

Airin tidak bohong kok dengan mengatakan ada ulangan harian hari ini. Setidaknya ada setengah yang bisa dibenarkan dari jawaban Airin pada Arian kemarin setelah kebohongan mengemis bocoran ujian pada Bu Rahma. 

Sebenarnya tak ada salahnya sih bilang begitu. Paling-paling, Arian hanya akan menertawakannya dan berkata bodoh. Tapi, Airin tak mau dianggap bodoh lagi. Bukankah ia sudah mengerahkan tenaganya beberapa hari ini sambil membuka-tutup buku pelajaran?

"Lihat aja, nama gue bakal ada di sana, di urutan pertama!" seru Airin sambil menunjuk monitor kecil yang ada di mezanin sekolah. 

Biasanya setelah mengikuti ujian atau ulangan harian, nama mereka akan tertera di monitor berukuran mini sesuai dengan urutan nilai paling tinggi. Tentunya keluar bersama keterangan nilai jika mereka termasuk yang akan remidial atau tidak. Dan untuk hari ini, Airin percaya diri kalau perjuangannya belajar pasti akan membawanya ke urutan pertama di kelas. Pasti! Karena Airin sudah mati-matian belajar, mengikuti saran Bu Rahma demi menyempurnakan skor nilainya agar pantas bergabung program PIN nanti.

Well, tidak mati-matian juga sih mengingat Airin masih sering kebablasan tidur ketika belajar, tapi tetap saja 'kan gadis itu sudah mengeraskan seluruh tenaganya untuk hal ini? 

Airin melanjutkan langkah dan ketika melewati perpustakaan, ia mendapati Adly di sana sedang belajar dengan earpods yang menempel di telinganya.

Wah, emang dasarnya anak pinter itu nggak boleh lepas dari perpustakaan, yah. Batin Airin. Ia berani bertaruh pasti kelas saat ini sedang gaduh, bahkan beberapa ada yang cuek bebek dengan ulangan harian kali ini. Makanya Adly memilih belajar di perpustakaan karena di sini hening.

Benar saja. Ketika sampai di kelas, yang Airin lihat ada sekumpulan cewek yang duduk di pojokan. Beberapa asyik membahas tentang acara ulang tahun sekolah yang waktunya semakin dekat, beberapa lagi malah asyik membenarkan polesan bedak dan lipstick mereka sambil bergosip ria.

Ya, Airin rasa mereka memang normal dalam hal itu. 

Hanya dua bangku yang kosong, bangku Adly dan Aurelie. Oh tentang gadis Sevenor itu? Mungkin saja sedang belajar di tempat sepi yang lain.

"Morning bestie!" seru Jessy yang baru saja tiba sambil merangkul Airin, berjalan ke bangku mereka. "Menurut lu, gue harus ganti warna rambut atau nggak? Atau gue harus potong rambut aja kali, ya? Gue bete nih, pengen obrak-abrik penampilan buat ulang tahun sekolah nanti."

Airin mengambil tempat duduk bersamaan dengan Jessy memasang tampang berpikir. "Hm. Karena nanti lo jadi Princess Jasmine, dark hair aja. Biar bisa serasi sama ayang beb lo tuh."

"Ayang beb?"

"Tuh. Lagi cucupa." Airin menunjuk Marlen yang ada di bangku belakang.

"Cucupa apaan?"

"Curi-curi pandang," jawab Airin dengan raut menggoda.

Jessy mendelik kesal, lalu ikut menoleh ke belakang. Benar saja, cowok aneh itu sedang mencuri pandang ke arah Jessy sambil sesekali bersembunyi di balik tudung jaketnya yang besar. Seketika Jessy merinding,

"Hiiy, ngapain sih tu cowok alay lirik-lirik gue?"

"Jangan-jangan dia suka lagi ma lu."

"Dih, amit-amit!" ketus Jessy sambil bergidik geli.

"Heh nggak boleh gitu." Airin mengingatkan sambil mencolek hidung Jessy. "Omong-omong, lu udah belajar belum?"

"Tumben lu nanya gitu?"

Team ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang