TEAM: 32: UNGKAPKAN

1.8K 188 87
                                    

Ingin ungkapkan perasaan padamu
Tetapi aku tak percaya diri
Karena reaksimu terbayang di benakku

JKT48 - Fortune Cookie 

HAPPY READING

...

"Apa nih? Kok pada tepuk tangan?" tanya Arian. 

Leon mengedikkan bahu. Ketika tiba giliran mereka runway, keduanya mencari sumber tentang datangnya tepuk tangan meriah penonton ini. Dan ketika Leon berdiri hampir sampai di karpet merah, di kejauhan, ia melihat Adly sedang menggendong seorang gadis—dengan hair extension merah. Leon pun terperangah. 

"Kok bisa?" tanya Leon. Arian juga ikut terpaku.

Wajar jika pertanyaan itu terlontar. Ini Adly lho. Manusia berwajah tembok dan mulut liar yang paling susah didekati, yang terlihat tidak peduli dengan sekitar dan bahkan lelaki seperti mereka berdua juga enggan bicara dengan Adly meskipun mereka adalah rekan five lamination face. Selain karena tak mau terkena dampratan Adly yang terbiasa merendahkan orang lain, mereka juga rada kesal jika cowok itu tak menjawab pertanyaan mereka. 

Tapi, cowok arogan itu malah menggendong seorang cewek di depan umum?

Pun halnya dengan Prity yang berdiri sejajar dengan Leon dan Arian. Terkejut. Karena baru kali ini melihat Adly se-gentle itu. 

Namun, hal itu tak berlangsung lama hingga sudut bibirnya terangkat ke atas, bersidekap dengan entengnya.

"Wah, kira-kira siapa yah cewek itu?" gumam Prity. "Pasti orang yang ... spesial?"

Sementara itu, Airin yang masih dalam gendongan Adly berusaha menutup wajahnya. Kalau bersembunyi di dada cowok itu, malah terkesan genit. Alhasil, Airin hanya menghalangi wajah dengan telapak tangan sementara sebelahnya lagi malah digunakan melingkar di punggung leher Adly. 

Argh! Pokoknya ini festival terburuk selama gue hidup!

Setelah mencapai panggung, yang dihadiahi keterkejutan Adnan Sevenor serta sejumlah OSIS, Adly membuang muka. Begitu saja melewati panggung dan berhenti tepat di belakang, agak menjauh dari teman-teman kelas lain yang masih berpose di sana. 

"Buruan turunin!" seru Airin, setelah sadar suasana sekitar sepi.

Adly menghela napas panjang, langsung saja menurunkan Airin yang tadinya niat loncat, malah hampir terjerembab karena Adly melepasnya tanpa aba-aba.

"Gila ya lo, ngapain coba meluk-meluk gue gitu?" teriak Airin. Mulai melancarkan aksi marahnya. "Oh, lo pasti nyari kesempatan 'kan?"

Adly terlihat lelah. Tak berniat pula menjawab pertanyaan yang sekiranya tak penting itu. 

"Lo tuh merusak mood gue banget tau nggak? Rese! Lo pikir yang tadi itu keren apa?"

Kenapa manusia spesies langka ini marah-marah terus sih? Bikin kepala Adly makin pening saja. Bukannya terima kasih, malah marah. Padahal Adly melakukan itu juga karena tak mau punya pasangan memalukan—yang ekor duyungnya sobek begitu. Mana lututnya kelihatan lagi.

Tak mau berlama-lama, Adly segera menarik tungkainya menjauh, tanpa memberi penjelasan—atau setidaknya satu patah kata saja. Seakan kejadian tadi itu tidak berpengaruh apa-apa buatnya.

"Dih bangsat tuh orang, malah pergi lagi," umpat Airin. Padahal Airin belum menumpahkan semuanya pada cowok tembok itu.

Sekarang tinggal Airin sendiri di belakang panggung ini. Berniat untuk kembali, tapi pasti dia akan jadi bahan perbincangan mereka. Tapi, Airin masih ingin berpose di sana. Pasti selama pengambilan gambar tadi, wajahnya tak begitu jelas karena digendong Adly. Airin kan dandan cantik seperti ini bukan untuk pose tidak jelas begitu!

Team ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang