TEAM: 65: FIRST GOLD

1.3K 209 23
                                    

HAPPY READING

...

"Tadi, Papi nanyain perkembangan kamu masuk program PIN. Kayaknya ... mulai sekarang kamu bakal sering dapat perhatian Kakek kamu lagi."

Jessy tidak menanggapi ucapan Johan. Hanya fokus mencomot es krimnya dengan pandangan mengarah ke televisi.

"Kamu tau, nggak? Papi tuh kecewa banget sama Aurel. Padahal banyak banget yang berharap dia bisa ranking satu tahun ini, tapi bukannya naik malah turun." Johan memijat pelipisnya. "Trus malah Mama yang disalahin nggak bisa didik Aurel. Hadeh, Mama jadi pusing gara-gara ini. Kayaknya ... Aurel butuh jam belajar tambahan lagi buat semester berikutnya."

"..."

"Berkas kamu udah siap semua 'kan?"

Jessy hanya berdehem.

"Jessy ...,"

"Iya. Bentar, Jessy lagi nonton nih," serunya.

Johan merotasikan netranya dan akhirnya meninggalkan Jessy sendirian.

Gadis itu mendengkus kesal, menekan remot untuk memindah siaran. 

Padahal sedang asyik nonton balerina lagi atraksi di panggung, tapi gara-gara ocehan Johan, balerinanya sudah selesai tampil. Menyebalkan. Jessy semakin cepat menekan remot dengan wajah cemberut.

Tak ada siaran yang menarik hari ini, sampai ketika melihat wajah teman kampretnya sedang bertarung di KSN bersama Adly, Jessy tertegun.

"Sesuai dengan hasil yang kami dapat, teori yang mengatakan intensitas cahaya berbanding terbalik dengan daya pantul bisa dibuktikan dengan analisis data kelompok kami, di mana semakin besar tegangan dan intensitas cahaya, daya pantul dan daya tembusnya semakin kecil."

Airin menunjukan sampel-sampel eksperimen dan mulai menjelaskan proses serta hasil yang didapat.

Bukan hanya itu, tapi Airin juga mempresentasikan hasilnya dengan sangat baik dan percaya diri. Entah dorongan dari mana, tapi Jessy bisa melihat jelas kalau Airin yang sekarang beda dengan Airin yang biasanya ia lihat; yang suka bertingkah konyol. Di sana—tidak terlihat seperti Airin yang ia kenal—malah seperti Airin yang baru. 

"Wah, hebat juga nih anak." Entah kenapa Jessy ikut bangga dengan perjuangan Airin selama ini. Meski baru setahun mengenalnya.

Setahunya, belakangan ini Airin suka ngantuk di kelas tapi masih mengikuti pelajaran dengan baik. Tugas-tugasnya juga sering dikerjakan dan mendapat hasil yang baik. Meskipun Jessy merasa ada yang sedikit hilang dari gadis itu; senyumnya. 

Tak begitu lama, Jessy mengernyit setelah menyadari ada yang ikut mengamati televisi selainnya. Ia pun menoleh ke belakang. 

"Aurel? Mau minum es krim juga nggak?"

Gadis itu memutuskan pandangan dari televisi dan tersenyum. "Nggak, Jess."

Lalu, melanjutkan langkah menuju kamarnya.

"Yah, dia liat yah," gumam Jessy.

Semakin banyak kalimat yang keluar, semakin tremor pula Airin menatap setiap juri yang ada di hadapannya. Entahlah, rasanya ingin menangis, ingin pula sembunyi tapi Airin harus menyelesaikan ini.

Sudah ruangan hening, peserta pertama pula.

Orang-orang pasti melihatnya percaya diri dan tidak gugup tapi aslinya ... Airin hanya menahan suara agar tidak bergetar.

Untung saja di detik-detik kegugupan tak tertahankannya, Adly memberi tanda untuk menyudahi dan mengalihkan sisa presentasi padanya saja.

Ya, meski tidak ahli public speaking, tapi sebelumnya Airin sudah diajari kok cara kalau merasa cukup dengan presentasi bisa langsung memindahkannya pada si Paling Tau alias Adly.

Team ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang