TEAM: 79: A HOLE

1.5K 255 57
                                    

HAPPY READING

...

Harusnya hari ini menjadi hari pemotretan pemegang PIN untuk dilaminasikan di depan sekolah—mengganti spanduk five lamination face yang sudah terhitung setahun di sana. Tapi, hari ini mereka malah mendapat kabar kalau Sunny akan pindah sekolah dan membatalkan PIN emasnya.

Itu kabar dari Kepala Sekolah. 

Kabar dari Arian, malah membuat mereka semua sedih. Arian tak menceritakan kenapa Sunny pindah dan kisah hidup Sunny sih, dia hanya menyampaikan permintaan maaf Sunny semalam. Katanya Sunny tak berani menunjukan presensinya ke hadapan mereka hari ini. 

Dia hanya tinggal di rumah Liana untuk sementara lalu akan pindah Kota. Mereka tak tahu ke mana, karena itu dirahasiakan.

Sebenarnya, Aurel bersyukur Sunny pindah. Biar keluarganya tak punya peluang menemukan Sunny di sekolah. Meski mereka sudah menemukan lokasi rumah Nathanael dan memeriksanya kemarin, mereka tetap kehilangan jejak. Aurel lega. Tapi dia juga sedikit sedih mendengar Sunny akan pindah. 

Pasti dia udah tau semua tentang Papanya dan kehilangan arah sekarang.

"Kita boleh ketemu Sunny, nggak, Yan?" tanya Airin. 

"Sunny belum mau ketemu kalian," jawab Arian.

"Kenapa dia tiba-tiba pindah? Padahal 'kan dia dapat PIN emas kemarin?" tanya Leon. 

"Yah, dia ... pengen pindah aja. Dia bosan di sekolah ini, mungkin." Arian menjawab asal-asalan. Tentu dia tak mungkin bilang yang sebenarnya karena itu masih rahasia.

Atau mungkin bukan rahasia lagi bagi beberapa orang di antara mereka ...

Sementara itu, masih di balkon kamarnya—Sunny belum beranjak. Dia ketiduran di sana dengan tubuh yang bersandar di tembok membiarkan wajanya kian memucat karena kedinginan dan tak kunjung mengisi perut sejak kemarin.

"Sunny, aku cuma minta kita buat pindah rumah. Bukan pindah sekolah. Kenapa tiba-tiba kamu mau pindah Kota, hm?" tanya Liana. 

Entahlah. Sunny juga tak tau. Dia hanya ingin pergi dari Kota ini membawa semua perasaan bersalahnya; menyesal karena selama ini membenci Mamanya yang tidak bunuh diri, menyesal dengan semua kesalahan yang ia lakukan di Kota ini ... atau bisa jadi menyesal karena tidak melakukan apa pun untuk membuat Papanya bertahan.

Seperti ada lubang besar di hatinya, yang membawanya ke kegelapan tak berujung. Sunny tak suka perasaan ini.

"Aku ... mau pindah."

Liana hanya mengembuskan napas panjang. 

Sebenarnya dia bukan hanya berpikir tentang Sunny tapi juga tentang program PIN yang berjalan sekarang. Kalau Sunny pindah, itu tandanya PIN emas akan kembali ke posisi semula dan dia harus menyeleksi delapan dari mereka seperti biasa. Bagaimanapun juga, program itu harus berjalan—dan menjadi pemberitaan sekolah terbaik di Indonesia.

Pemotretan hari ini pun ditunda karena posisi PIN emas kembali kosong. 

Kepala Sekolah mulai masuk ke kelas setelah mendapat pesan dari Liana membuat mereka semua menoleh.

Team ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang