"Padahal dia tokoh utama, tapi kenapa lampu panggung itu tidak tersorot padanya?"
AIRIN
HAPPY READING
...
"Jess, ayo dong diganti. Gue aja yang pasangan sama Marlen nggak apa-apa gue mah, serius," seru Airin ketika bel pulang sudah berbunyi.
"Mampus lu, rasain pasangan sama Adly," ledek Jessy.
Airin mengerucut. Tadinya ia sudah meminta teman-teman lain untuk bertukar peran, tapi ketika mereka tau pasangan dari tokoh yang didapat Airin adalah Adly, mereka ogah menerimanya. Jadilah, harapan satu-satunya Airin adalah Jessy.
"Dih lu mah gitu. Kan elu tadi yang ngotot tukeran, sekarang gue mau kok tukeran. Nih, gue aja yang jadi Princess Jasmine."
"Ogah, mending gue ngurusin anak bayi cengeng daripada anak songong. Minggir lu gue mau pulang."
Airin pun menepi pada akhirnya, memberi ruang pada Jessy keluar dari kelas.
Ah, ini menyebalkan. Entah kenapa antusias Airin pada event ulang tahun sekolah menurun setelah menemukan dirinya pasangan dengan Adly. Well, kalau saja Airin tidak berurusan dengan Adly tempo hari, ia tidak akan sengotot ini minta tukar pasangan dengan orang lain. Pasalnya sejak kejadian kemarin, di mana Adly meremehkannya begitu saja, Airin sudah bertekad tidak mau berurusan dengan sosok itu lagi.
Tapi, sayangnya takdir tidak berpihak pada Airin.
"Kalau lo nggak mau, mending nggak usah jadi Princess-nya."
Airin menoleh ke arah Adly yang sekarang berjalan di belakangnya, menyusuri selasar kelas. Wah, lihatlah! Padahal tadi cowok itu tidak ikut andil dalam pembagian cabut lot, tapi tiba-tiba saja datang dan mengatakan seperti itu. Menyebalkan!
"Simple 'kan?" sambungnya lagi.
"Makasih idenya," balas Airin dengan nada sinis. "Gue jadi kasihan sama lo, saking belagunya sampe nggak ada yang mau pasangan sama lo."
"Kasihan sama diri sendiri?"
Airin mengernyit tak mengerti.
"Ya kan lo yang jadi pasangan gue."
"Itu juga gue ogah!" seru Airin lagi.
Adly hanya tersenyum miring mendengarnya. "Kalau ogah, mundur aja sana. Nggak usah masalahin hal yang nggak perlu."
"Dih, lo aja sana yang mundur. Predikat Prince tuh sama sekali nggak cocok buat cowok songong kayak lo."
Airin melenggang begitu saja, tak ingin berlama-lama dengan cowok itu. Lihat 'kan? Bagaimana bisa mereka jadi pasangan dansa kalau hanya perihal kostum saja jadi masalah besar? Juga, Airin ogah berpasangan dengan cowok tembok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Team ✓
Подростковая литератураMasuk dalam program PIN di SMA Bintang Favorit adalah kebanggan setiap orang. Seleksinya sangat ketat dan sulit untuk masuk kualifikasinya. Cerita ini akan membawa kalian ke dalam masalah hidup Airin yang otaknya pas-pasan tapi ngotot gabung program...