TEAM: 75: PERDAMAIAN

1.4K 227 81
                                    

HAPPY READING 

...

Airin benar-benar kaget dengan kejutan malam ini di rumahnya. Apa lagi setelah ditanya; apa dan bagaimana mereka berdua bisa baikan dan kepikiran ke rumah Airin, gadis itu sangat senang. 

Ya, sudah pasti Leon yang mendatangi Arian duluan, mendengar semua penjelasan Arian dan baikan. Airin pikir, masalah cowok itu selalu mudah diselesaikan dan itu terbukti dengan dua sahabat sengkleknya ini. Arian benar. Mereka pasti akan kembali seperti dulu karena mereka sudah mengenal satu sama lain. 

Dan mereka hanya punya satu sama lain ~

Karena tak mau menyia-nyiakan waktu, Airin segera berhambur ke arah mereka, memeluk keduanya dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.

"Gue kangen tau!" seru Airin. "Kenapa nggak ngasih sinyal sih kalau mau baikan?"

Leon dan Arian terkekeh bersamaan. Membalas pelukan Airin yang sudah antusias sampai loncat-loncat.

"Duh, Rin. Jangan kenceng-kenceng, liat dong gue bawa siapa."

Mendengar itu Airin melepaskan pelukan. menoleh ke samping Arian tepatnya di bawah lutut cowok itu. "KYAAA! Amour juga dibawa! Ai! Mantan kamu datang nih ...,"

Meski terlambat, Airin senang kedatangan mereka ke sini untuk merayakan syukuran Aishiteru dengan tiga anak kembarnya yang mulai bisa jalan. Lihatlah, sekarang dua anabul itu sudah berlarian, bermain bola kepunyaan Aishiteru di dalam rumah. 

Hah, pemandangan yang menghangatkan hati ~

"Arian, Leon kok baru keliatan main ke rumah sih?" tanya Arista. "Kalian tuh selalu ditungguin lho."

"Maaf, Tan. Biasalah kita suka sibuk, ada rapat paripurna gitu," celetuk Arian.

"Emang gitu mereka Ma, suka sok sibuk," balas Airin. "Chat aja kadang nggak dibales."

"Elah, masih ngambek aja ni manusia."

Arista tersenyum. "Leon, Mama sama Papa gimana kabar? Masih buka toko?"

Leon mengangguk. "Kabar baik, Tan. Toko masih buka kok."

"Tante udah nggak pernah ke sana. Sampein salam yah, bilang nanti kita ke sana buat masak-masak lagi. Tante kangen nih sama Laras."

"Iya, Tan," jawab Leon. 

Begitulah perbincangan hangat di meja makan ini—yang sebenarnya biasa terjadi dan sudah sangat Airin rindukan. Terakhir mungkin sebelum Airin berlibur ke San Fransisco dan mereka datang merecoki dapur. Mereka ber-empat kalau ketemu suka sejalan sih, sama-sama suka masak. Airin heran juga kenapa Arian dan Leon itu bisa masak dan makanannya enak semua.

Coba kalau Airin yang buat. Sudah nggak niat, nggak enak pula.

"Tahun baru nanti, Arian mau mentas keluar Negeri nggak?" tanya Jean. 

"Hm ... nggak, Om. Emang kenapa?"

"Nggak. Kita ada rencana mau tahun baruan di puncak soalnya. Mau ngajak Arian Leon lah."

"Iya. Pasti seru! Ikut yah?" seru Airin. 

Arian dan Leon bersitatap, lalu mengangguk bersamaan. "Ya ikut dong. Kapan lagi coba tahun baruannya di puncak."

Jean pun tersenyum senang. "Nah, kalau gitu anak-anak Papa yang cowok makin banyak nih. Nanti kita juga ajak Adly ke sana. Biar makin rame."

Mendengar itu, Airin langsung tersedak. Buru-buru meneguk segelas air membuat empat orang yang ada di sana menoleh bingung.

Team ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang