TEAM: 17: TIGA SERANGKAI

2.1K 221 98
                                    

HAPPY READING

...

Sunny merapatkan telapak tangan di mulut, menyumbat suara batuk yang tak bisa ia tahan lagi. Sudah bermenit-menit lamanya Sunny melakukan hal itu; bersembunyi di toilet agar tidak ada yang mendengar suara batuknya.

Melihat telapak tangan, pancaran darah memenuhi jemarinya yang gemetar. Sunny mendongak, pantulan wajahnya di cermin saat ini juga kacau. Hal yang akan selalu Sunny benci terlebih setelah memeriksakan kesehatannya pada dokter berkat saran Liana; melihat kondisi kacaunya seperti ini dan mengetahui ia memang punya penyakit.

Gadis itu tak mau berlama-lama. Ada banyak hal yang harus ia lakukan hari ini. Maka, setelah membersihkan tangan dan mulutnya, Sunny pun keluar dari toilet bersiap mengganti pakaian. Sesaat tertegun melihat Krista berdiri di depan pintu sambil bersidekap dengan senyuman manis yang dibuat-buat.

"Aku dengar kamu tadi batuk. Apa itu benar, kamu sakit?' tanya Krista.

Sunny menatap tajam wanita itu, "Kamu nggak tau tata krama, yah? Ini ruangan pribadi aku, siapa yang ngizinin kamu masuk ke sini?"

Krista tersenyum. Senyum yang mengerikan. Berjalan mengitari Sunny yang stagnan di tempat sambil mengepalkan tangan.

"Aku punya kuasa lebih untuk masuk ke semua ruangan di rumah ini. Kamu tau kenapa?"

Sunny tidak menjawab, hingga ia merasa Krista berhenti tepat di belakang telinganya dan berbisik. "Because i'm a Queen of this house."

Sunny merotasikan bola mata. "Queen, huh? Aku lebih nganggep kamu perampok daripada Tuan Rumah. Kekuasaan hasil rampasan itu bukan sesuatu yang dibanggakan. Kamu bukan Queen di sini! Nggak usah sok berkuasa. Ini rumah aku dan Papa aku!"

"Yah, gimana yah? Soalnya aku istrinya Papa kamu sih. Dan dia udah ngasih kepercayaannya ke aku," balas Krista.

Tersenyum menang, Krista merubah posisinya sekarang. Berhadapan dengan Sunny dan mencolek dagu gadis itu, memperlihatkan noda merah yang menempel di ujung white dress-nya.

"Ini darah 'kan?" tanya Krista. Merubah ekspresinya seperti terkejut. "Udah separah apa penyakit kamu, Sunny? Kenapa nggak kasih tau Papa kamu? Hm?"

Sunny tertegun menatap noda merah itu. Sial! Bagaimana bisa noda darah itu tertinggal di sana? Dengan segera Sunny meremas ujung dress seraya menutupi sisa darah tersebut.

"Itu bukan darah. Nggak usah sok tau."

Krista terkekeh sinis, "Kamu mau ngeles kayak gimana? Jelas-jelas tadi aku denger kamu batuk, dan warna merah ini pasti darah 'kan?"

Sunny terdiam.

"Gimana yah kalau seandainya Papa kamu tau kamu sakit? Kamu pasti bakal dicampakin kayak Mama kamu yang penyakitan itu. Dan akhirnya, kamu cuma gadis lemah yang nggak bisa ngapa-ngapain, nggak akan bisa jadi harapannya Nathanael."

"Lemah kamu bilang?"

"Iya. Lemah. Mau ngapa-ngapain aja harus pake bodyguard dulu. Iya 'kan?"

Miris sekali, selemah itukah dirinya di mata orang-orang? Memangnya apa yang salah dari mempekerjakan bodyguard untuk melayaninya? Mereka kan dibayar. Juga, apa mereka tidak tahu kalau di luar sana jasa pengawal itu digunakan untuk orang-orang khusus? Artinya, Sunny bukan sembarang orang di sini. Dia termasuk yang istimewa di dunia ini.

Tak kunjung ada jawaban dari Sunny hingga ketukan di pintu kamar mencairkan suasana dingin yang ada, membuat keduanya menoleh.

"Ada apa, Liana?" tanya Krista.

Team ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang