TEAM: 9: PROGRAM OSIS

2.5K 236 108
                                    

HAPPY READING 

...

Hari ini sekolah ramai akan kedatangan peserta studi banding sekaligus tim penilai yang akan memberikan skor pada kandidat calon ketua osis SMA Bintang Favorit. Aurelie dan Adly. Pemandangan yang sudah biasa bagi mereka yang berstatus kakak kelas, juga pemandangan unik yang mengejutkan bagi mereka yang baru saja menjadi murid baru di sekolah.

Di sinilah Aurelie dan Adly berada, menyambut para peserta studi banding dengan pakaian putih abu-abu lengkap dengan almamater mereka yang khas dengan warna abu-abu. Tak lupa jepitan perak sebagai penanda mereka adalah pemegang PIN menggantung rapi di kerah seragam mereka. Simbol unik yang estetik, yang pastinya mampu membuat orang-orang bertanya; kenapa hanya mereka yang menggunakan jepitan perak itu?

"Kita pernah dengar tentang program PIN di sekolah ini. Tapi, kita masih belum ngerti bagaimana cara kerja program PIN ini? Apa berarti pemegang PIN itu kelas unggulan?"

Aurelie tersenyum, "Di sekolah kami tidak ada kelas unggulan. Program PIN ini adalah tanda dari sekolah memberi feedback bagi kami yang tertarik mendaftar. Biasanya pendaftaran dan ujiannya dilakukan setelah ujian tengah semester, jadi masih punya waktu tiga bulan lagi untuk mempersiapkan diri."

"Apa orang-orang yang diluluskan itu hanya orang yang menyumbang prestasi di sekolah?"

"Nggak kok, bukan berarti hanya orang-orang yang pernah ikut lomba. Program ini diperuntukkan bagi semua kalangan yang mau mendaftar dan ikut ujiannya."

"Tapi, yang kita dengar pemegang pin di sekolah ini emang cuma orang-orang yang punya piagam penghargaan aja."

"Itu mungkin hanya kabar lewat, sekolah ini memandang status semua siswa itu sama kok."

Aurelie masih menampilkan senyuman ramah, seakan senyum itu menghipnotis orang-orang untuk terpesona dengannya. Meyakinkan pada tim penilai betapa uniknya program sekolah mereka. Padahal, sebenarnya gerah juga membahas tentang program PIN dan harus mengagungkan sekolah seperti ini.

Aslinya program PIN ini tidak semulus itu. Sekolah tidak memandang sama setiap siswa. Selalu ada yang diistimewakan, dalam konteks ini mereka yang berhasil ikut ajang lomba dengan membawa pulang piala sekolah adalah murid yang akan dihargai dan pasti akan diluluskan dalam program PIN. 

Memangnya, sekolah mana yang menganggap semua murid itu sama?

"Trus, apakah program PIN berpengaruh kalau seandainya kalian melakukan pelanggaran sekolah?"

"Pelanggaran itu hal yang nggak bisa ditoleransi. Jadi, program PIN akan sangat berpengaruh kalau kita punya catatan kelakukan buruk selama di sekolah. Pin kita pasti akan dicabut dan harus ikut ujian lagi kalau mau kembali."

Mereka yang ikut mendengarkan mengangguk-angguk paham. 

Sementara itu di tempat lain, tepatnya di belakang sekolah di mana Adly membawa kelompok peserta studi banding lainnya menjelajahi sekolah juga menjelaskan hal yang sama tentang program PIN. 

"Jadi, kalau nggak mau PIN-nya dicabut, kita harus taat peraturan sekolah dan lebih giat belajar lagi."

"Wah, berarti menarik banget yah kalau nantinya kita lulus program-nya. Ngebayangin lepas dari biaya sekolah pasti lega banget," komentar salah satu dari peserta studi banding. 

Adly hanya mengangguk setuju. 

"Trus, apa perbedaan PIN kalian dengan PIN emas? Info yang kita dengar, Adnan Sevenor satu-satunya orang yang bisa sampai ke tahap Pin itu 'kan?"

"Yap. Adnan Sevenor berhasil lulus ke tahap pin emas. Itu berarti masa depannya udah dijamin sekolah."

Mereka mengernyit bingung, bersamaan dengan Adly yang menghentikan langkah melirik mereka. 

Team ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang