"Medicine is a science of uncertainty and an art of probability."
― William Osler
Suasana pagi di tenda relawan hari kedua cukup ramai. Semalam, hujan berangin turun cukup deras, sehingga ada beberapa tiang dari tenda yang perlu diperbaiki posisinya.
"Jakaaa bantu ini boleh?"
"Jaka nanti kalau udah gue minta tolong bawain ember dari sana dong"
"Jaka ada liat tali rafia gak ya? Kayanya ada di kotak yang tutupnya warna biru di sebelah sana. Eh eh, boleh sekalian bawain kotaknya gak?"
Tidak hanya di rumahnya, di rumah sakit, tetapi di manapun Jaka diperlakukan sebagai kuli dan tukang angkut. Otot Jaka memang sering menjadi andalan orang-orang. Jaka sendiri juga tidak pernah menolak setiap kali diminta pertolongan.
Pukul 07.00 seluruh relawan kembali berkumpul di tenda untuk menjalani briefing pagi yang dipandu komando lapangan. Rencana agenda hari ini masih serupa dengan kemarin, yaitu telusur korban, hanya saja daerah yang dituju berbeda dari yang kemarin.
"Dok, saya sepertinya hari ini tidak bisa ikut telusur bencana. Pasien hip fracture kemarin, itu perdarahan masif dan saya ingin pantau hemodinamiknya di ruang recovery. Apa bisa ditukar ya Dok?" dr. Ridwan bertanya kepada dr. Sidik selaku komando lapangan.
dr. Sidik melihat kembali kertas yang beralaskan papan jalan berwarna coklat pada genggaman tangannya, tangan kanannya membolak-balikan lembaran kertas yang berisi daftar nama tim relawan. Setelah beberapa waktu sibuk berpikir dan mencoret-coret lembaran tersebut, ia mengumumkan keputusannya.
"Hm kalau gitu ada 1 tim yang dua orang nih rasanya. Salah satunya harus chief. Gapapa lah ya?" ucapannya dibalas anggukan para relawan. "Gio, kalau kamu satu tim berdua doang gapapa?"
Gio membalasnya dengan anggukan.
"Oke.. awalnya dr. Ridwan dengan dr. Jin dan dr. Ayu yah. Sekarang kita ganti, dr. Jin pindah ke tim dr. Luthfi residen anak dan dr. Samuel residen anestesi. Berarti dr. Gio berdua sama dr. Ayu ya."
Ayu yang awalnya masih sangat mengantuk, dengan kedua mata setengah menutup akibat tidak dapat tidur nyenyak semalaman karena hujan badai kini langsung terjaga.
APA? Belum sembuh jiwa gue dari kejadian semalam. Kenapa sekarang malah begini?
Terdengar suara tawa ringan dari beberapa relawan. Residen yang ada disana pasti sudah mengetahui gosip Ayu-Gio sejak insiden Ayu-pakai-baju-Gio. Ditambah lagi kemarin saat di pesawat, Bang PD dengan lantangnya mengucapkan bahwa memang ada gosip diantara mereka berdua, yang pasti didengar oleh seluruh penumpang pesawat. Ayu rasanya tidak sanggup menghadapi ini. Rasanya ia ingin menyelam ke dasar laut.
---
Gio dan Ayu berjalan berdampingan di antara reruntuhan rumah. Bila ruas jalan terlalu sempit untuk mereka berjalan berdampingan, Gio selalu berjalan di depan Ayu, memandu Ayu, sesekali berbicara singkat sambil menengok ke belakang.
"Awas ada besi di situ."
"Jalannya sambil liat bawah ya."
"Kalau mau istirahat dulu bilang aja."
Ayu mengikuti perkataan Gio, seperti anak pada induknya, mengekori setiap langkah Gio. Hari itu telusur korban dijadwalkan dibagi menjadi dua shift, pagi dan sore. Ayu dan Gio bertugas pada shift pagi.
Korban yang Ayu dan Gio temukan berjumlah lebih banyak daripada yang Ayu temukan kemarin bersama dengan dr. Ridwan dan Jin.
Setelah dilakukan penanganan awal, seperti pembersihan luka, balut dan pembidaian, pemasangan elastic bandage pada korban sprain/strain, korban diarahkan untuk menunggu di titik penjemputan, untuk dapat dipindahkan ke posko kesehatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hospitalship
Romance"Love is as unpredictable as cases coming to emergency unit" An alternate universe; telling you a story: when an accident becomes an incident, when it's not only diseases being cured, but also your feeling of love being secured."