2. Ini Chief Emang 'Gila'

807 67 1
                                    

[Chat Group "Sawahlunto Bros"]

Luthfi Haidar: Jak dimana? Kantin yuk

Jaka Dana Abipraya: Yo

Jaka Dana Abipraya: Lagi beresin laporan ke chief

James Singgih: Giliran urusan kantin aja si kampret nyaut

Luthfi Haidar: Wkwkwk

Jaka Dana Abipraya: Urusan kantin mah nomor 1

Luthfi Haidar: Yaudah buru. Gue sama si tuyul di belakang ya

James Singgih: -_-

James Singgih: Untung gue sabar

Jaka Dana Abipraya: Wkwkwk Iya bentar nanti gue susul

Luthfi Haidar: Lg ribet banget?

Jaka Dana Abipraya: Ini laporan OK cito jaga kemaren

Luthfi Haidar: Ah gue denger tu kasusnya

Luthfi Haidar: Sini ceritain dong

Jaka Dana Abipraya: 10 menit

Jaka Dana Abipraya: Intinya chief gue emang gila

---


"Gila bro, pokoknya gila banget chief gue!" Jaka memposisikan dirinya duduk di sebelah James, dihadapan Luthfi.

Ketiga teman baik ini masih memakai baju jaga biru muda mereka. James dan Luthfi baru saja selesai makan. Karena sudah memasuki waktu akhir bulan, keduanya memutuskan untuk hanya memakan nasi putih dengan lauk mie goreng.

Sebenarnya sih, nasi putih dan mie goreng memiliki kedudukan yang sederajat, sama-sama sumber karbohidrat. Tapi, dalam kamus James, Luthfi, dan Jaka, mulai tanggal 25 ke atas setiap bulannya, mie goreng dihitung sebagai lauk. Kecuali, kalau ada sedekah tempe mendoan atau tahu isi dari Bu Neneng-ibu penjaga kantin koperasi yang terletak di dekat gedung parkir rumah sakit, baru deh lauknya sedekahnya itu. Kalau ditanya kenapa makan karbohidrat ditambah karbohidrat, jawabnya "Ya soalnya residen itu butuh otak buat mikir, otak itu sumber energi utamanya glukosa dari karbo. Jadi dalam masa-masa sempit, utamakan yang penting!". Padahal ya, kalau makan tetap harus gizi seimbang.

"Bentar, pesen minum dulu baru gue cerita." Kata Jaka, kemudian setengah berteriak ke Bu Neneng. "Bu, es kopi hiji jeung mie goreng!"* Seleranya tidak jauh-jauh dari sahabatnya.

*Bahasa Sunda, artinya 'Bu, es kopinya satu dan mie goreng.'

"Siap, A!" Bu Neneng yang sedang rindu-rindunya suara Jaka langsung mengintip dari balik kaca dapur untuk memastikan 'anak'nya itu benar sudah datang.

Sejak Jaka keceplosan ngomong Bahasa Sunda di kantin, ia menjadi akrab dengan Bu Neneng. Kata Bu Neneng, Jaka mirip anaknya yang kini jarang bertemu karena tinggal di luar kota.

Tidak sampai 5 menit, es kopi dan mie goreng yang masih ngebul datang. Mie gorengnya memenuhi mangkuk yang dibawa. Maklum, kalau Jaka sudah pesan mie goreng, itu artinya mienya 2 bungkus sekaligus. Seperti biasanya, Bu Neneng yang baik hati juga membawakan beberapa tempe mendoan. Belum sempat Jaka mengambil tempe mendoannya, tangan usil Luthfi dan James sudah menyambarnya, membersihkan piring tanpa sisa. Melihat kelakuan tiga sekawan itu, Bu Neneng kembali menghampiri mereka dan menaruh dua tempe mendoan baru yang masih panas.

"Makasih, Bu... Tau aja kita lagi seret kantongnya." Luthfi tertawa cengengesan.

"Ih naon atuh eta mah milikna A Jaka!" Bela Bu Neneng.

*'Dih apa coba, itu mah punyanya A Jaka!'

Luthfi langsung mengusap-usap punggung tangannya yang baru dipukul Bu Neneng sambil menatap balik dengan pandangan seperti habis dikhianati. "Bu Neneng pilih kasih." Hanya kepada Bu Neneng lah Luthfi, dan keenam 'anak' Bu Neneng lainnya yang akan diceritakan nanti, bisa menumpahkan segala kemanjaan selama di rumah sakit.

HospitalshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang