"He who studies medicine without books sails an uncharted sea, but he who studies medicine without patients does not go to sea at all."
- William Osler
Seminggu terakhir ini, Ayu merasa Gio benar-benar memanfaatkan posisi Ayu sebagai babu-Gio dengan maksimal. Setiap hari Ayu menyediakan waktunya untuk membantu Gio.
Walaupun permintaan Gio terdengar cukup aneh, tetapi sebenarnya tidak merepotkan Ayu. Hanya membeli makan kucing, membantunya mencari bahan referensi tugas, nitip ambilin pesanan online kalau Gio sedang OK. Selain kejadian Ayu bertemu Ibu Gio di apartemen dan Ayu yang salah masuk ke ruang rapat Bedah, momen jadi babu-Gio yang buruk lainnya hanyalah Ayu harus mengantarkan laporan penting Gio ke OK karena katanya butuh cepat. Padahal saat itu Ayu sudah melangkahkan kaki keluar gedung rumah sakit melalui pintu belakang yang lokasinya bagai utara dan selatan dengan lokasi ruang OK. Mana waktu itu ia sedang buru-buru kembali ke apartemen untuk mengambil titipan seniornya yang tertinggal. Alhasil, ia kena tegur. Untung saja bukan suatu masalah yang begitu besar.
Yang lebih membuat Ayu jengkel adalah segala rencananya, terutama janji untuk berkenalan dengan Dokter Keanu harus tertunda.
Di hari terakhir Ayu bebas tugas, baru ia dapat meng-iya-kan ajakan Jaka kembali untuk hadir di latihan futsal antara Departemen Anestesiologi dan Bedah untuk bertemu Dokter Keanu. Jaka meminta Ayu untuk datang lebih dulu sebelum pertandingan dimulai pada pukul delapan malam.
Ayu sengaja pulang dulu ke apartemen untuk mandi dan memakai make-up di wajahnya dan memakai pakaian yang membuatnya tampak segar. Blouse putih kesukaannya dan celana jeans biru muda.
Mau ketemu idola, harus cantik dikit dong. Masa kucel kayak lagi jaga?
Kini Ayu sudah sampai di lapangan futsal yang terletak di belakang salah satu gedung rumah sakit. Jaka melambaikan tangan ke arah Ayu saat melihat Ayu melangkah memasuki lapangan. Ia sudah mengenakan kaos tim futsal bedah, masih segar karena baru pemanasan.
"Yu, yuk samperin Dokter Keanu. Duduk di situ tuh dia. Sekalian gue pengen nanya-nanya juga ke dia masalah gitar."
Ayu dan Jaka melangkah mendekati Keanu yang belum berganti pakaian, masih dengan celana panjang dan kemeja biru muda lengan panjang, digulung sebatas siku, fokus pada laptop yang ia pangku. Seragam futsalnya sudah dikeluarkan dan diletakkan di atas tas hitam yang terletak di sebelahnya.
Jaka memberanikan diri untuk menyapa. "Bang!"
Keanu mendongak menghadap Jaka, "Eh Jaka. Sini sini duduk."
"Sore Dok.." sahut Ayu malu-malu.
"Loh, kok Dok lagi. Kan kemarin udah sepakat panggil gue Bang aja hahaha."
Bukan main kupu-kupu berterbangan di perut Ayu mengetahui bahwa Keanu masih ingat percakapan singkat dengannya malam itu, sambil meniup-niup popmie panas pukul satu pagi.
"Eh.. iya Bang. Maaf belum terbiasa.."
"Loh, jadi udah kenalan, Yu? Ini ngefans juga sama Band Danta, Bang! Orang Bandung juga." tanya Jaka, menghadap Ayu.
"Oh ya?" Keanu tersenyum, Ayu tidak tahu harus apa. "Eh, Danta mau tampil live music gitu di salah satu kafe di Senopati.. Acaranya Hari Minggu besok jam... 8an malem. Dateng aja. Gue kasih tiket gratis entar buat kalian berdua."
"Hah serius Bang? Kok bisa pas banget gini." Jaka yang menyahut girang.
"Serius.. Itu si Jay, gitaris Danta, tau kan ya?" Jaka dan Ayu mengangguk semangat. "Dia baru selesai kuliah di US, baru pulang, jadi mau nostalgia tampil live ceritanya mah"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hospitalship
Romance"Love is as unpredictable as cases coming to emergency unit" An alternate universe; telling you a story: when an accident becomes an incident, when it's not only diseases being cured, but also your feeling of love being secured."