51. "Jadi kita mau ke mana?"

257 23 1
                                    

Malam setelah konferensi hari pertama, Gio mengajak Ayu ke suatu tempat.

"Sama aja, kalau aku tanya kamu mau ke mana paling jawabannya terserah." Ucapnya tadi saat ditanya tempat yang dituju oleh Ayu.

Gio meminta Ayu untuk berpakaian 'Lebih rapih dikit aja, yang formal' malam itu.

Jadilah Ayu sekarang memakai gaun berwarna biru gelap panjang yang tadinya ia siapkan untuk farewell party peserta konferensi besok. Untung saja Ayu membawa dua gaun formal untuk cadangan. Waktu sedang packing, Ayu tidak dapat memilih di antara dua gaun untuk dikenakan saat farewell party. Alhasil, ia memutuskan untuk membawa keduanya dan baru akan menentukan di Wina.

Udara yang dingin mengharuskan Ayu untuk mengenakan coat panjang berwarna hitam yang melapisi gaun biru gelapnya. Sebuah gaun yang sederhana, tetapi membuat Ayu terlihat menawan. Gaun tanpa lengan berbahan satin, dengan potongan V-neck dan sentuhan pleats, menjuntai hingga menutupi separuh betisnya.

Pinggul rampingnya semakin jelas karena terdapat pita yang melilit disana. Ia memadukan dengan high heels setinggi 7 cm berwarna hitam dengan sole berwarna merah. Make up sederhana yang terpoles di wajahnya membuat Ayu semakin terlihat menawan dan dewasa.

Saat Ayu keluar dari pintu kamarnya, Gio sudah berada di luar. Ia mengenakan kemeja putih tanpa dasi, dan setelan jas berwarna biru gelap. Poni Gio yang memang agak panjang yang biasa terurai menutupi dahinya, kini terbelah di sisi kanan. Poninya menggantung membentuk tanda koma. Rambut belakangnya tersisir rapih, menunjukkan potongan undercut yang selama ini jarang terlihat. Ia tersenyum lebar melihat Ayu.

"Kok kita kembaran gini sih? Kamu ngikutin aku ya?" goda Gio.

"Ih, kepedean. Aku emang bawanya ini tau buat farewell party besok. Habis kamu baru ngomong. Coba ngomong dari awal, kan aku bisa siapin." cibir Ayu.

"Apa yang harus disiapin sih? Gini aja udah kaya tuan putri."

Ayu tersenyum menahan tawa. Nanti setelah pulang, Ayu berniat bertanya pada Giani. Jangan-jangan diajari James lagi.

Gio kembali menatap Ayu dari ujung rambut hingga ujung kaki, seakan tidak ingin ada satu hal saja yang ia lewati. Ia tersenyum semakin lebar. Perempuan dengan tinggi seratus enam puluh dua sentimeter di hadapannya ini sangat menawan. Apalagi saat sebuah senyuman terulas di bibirnya dan matanya yang seakan ikut memancarkan keindahan hatinya.

"Yu, nanti jangan jauh-jauh dari aku ya?"

"Iya. Asal kamu gak ninggalin aku."

"Gak akan. Kalau kamu tampilannya kayak gini, aku menjauh satu meter aja kamu bisa-bisa udah disamperin cowok lain."

"Udah, udah. Udah berlebihan deh."

"Tuh kan. Muji kamu tuh butuh perjuangan besar banget kayaknya."

Ayu terkekeh melihat Gio yang gemas akan sikapnya. Ia sendiri juga tidak dapat menutupi betapa tersihirnya ia dengan penampilan Gio malam ini. Lebih dari tampan. Harusnya perkataan yang tadi Gio lontarkan pada Ayu itu perlu dikatakan pada diri Gio sendiri. Menjauh sedikit saja dari Gio, bisa-bisa perempuan lain berani mendekatinya.

Tentu tidak akan Ayu biarkan. Tidak akan Ayu biarkan ada perempuan lain yang mengambil Gio darinya.

Pikiran Ayu membuat Ayu tanpa sadar mengalungkan kedua tangannya di lengan Gio. Ayu mengambil napas dalam. Wangi citrus-woody dari parfum yang dipakai Gio tercium Ayu.

Gio melihat ke arah Ayu dengan ekspresi kaget tentunya. Namun, Ayu memilih untuk menghiraukannya dan tetap memandang ke depan.

"Yuk. Jadi kita mau ke mana?" Tanya Ayu sambil menarik pelan tangan Gio.

HospitalshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang