"Silahkan tanda tangan di sebelah sini, Pak, disesuaikan dengan nama lengkap." Ucap resepsionis hotel, menunjukkan kolom tanda tangan di paling kiri formulir.
Luthfi mengangguk, mencari-cari namanya pada daftar peserta Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Kesehatan Anak yang tahun ini diselenggarakan di Kota Bandung, Jawa Barat.
Malam itu Luthfi sengaja datang lebih awal, agar dapat beristirahat lebih lama di hotel sebelum acara berlangsung esok hari. Pada daftar absen pun, belum ada yang tanda tangan yang tertera.
Luthfi Haidar..
Luthfi Haidar..
Luth..
Sebuah nama menangkap perhatiannya, satu-satunya yang sudah lengkap tanda tangannya. Nama itu sudah lama tidak dilihatnya.
Dilanita Amanda Rahmi
dr. Dilanita Amanda Rahmi
"Sudah ketemu, Pak?" Tanya resepsionis kembali mengecek Luthfi yang menghentikan pencariannya.
"Eh ya," ia melewati nama itu, dengan cepat membalik kertas dan menemukan namanya. "Peserta yang datang baru ada satu ya, Mbak Dian?" Tanyanya, membaca name tag resepsionis itu.
"Iya, Pak." Jawab resepsionis itu. "Tadi baru satu orang yang datang."
Luthfi sedikit ragu sebelum bertanya. "Dari Jakarta juga?"
Surabaya, tebak Luthfi dalam hati.
"Tadi sih katanya dari Surabaya, Pak. Jauh."
"Jauh ya..." Komentar Luthfi sambil tersenyum sopan. "Terimakasih ya." Ucapnya, sambil mengingat-ingat nomor kamar yang dilihatnya berpasangan dengan nama itu.
---
Anak kecil bernama Luthfi itu mengayun-ayunkan kakinya dengan tidak sabar. Rasa malu dan resah bercampur di hatinya. Entah sudah berapa lama ia duduk di atas tumpukan kayu itu, menunggu. Menunggu Dilanya. Pasti belum lama, pikirnya. Ayahnya pernah bilang bahwa waktu berubah-ubah seperti karet. Meregang saat menunggu, memendek saat ditunggu.
Ia memperhatikan danau di depannya. Memperhatikan riak air, ikan-ikan yang sesekali terlihat di permukaan, burung-burung yang beterbangan di atasnya.
Luthfi ingin menyatakan perasaannya. Bagaimana caranya, entahlah. Dia tidak mempersiapkan kalimat apapun. Semuanya biarlah terpikirkan nanti.
Entah sejak kapan ia menyukai teman sekelasnya itu. Yang jelas, sejak kelas 1 SD, ia dan Dila sering mengobrol di kelas sebelum pelajaran dimulai. Hanya berdua, karena murid-murid yang lain datang lebih siang. Luthfi datang lebih pagi karena kedua orang tuanya hanya bisa mengantarkannya pukul 5 karena harus pergi kerja di pagi hari, sedangkan Dila datang lebih pagi karena senang mengerjakan 'sarapan pagi' Ibu Guru.
Sarapan pagi adalah istilah yang diberikan Ibu Guru untuk 5 kertas soal berisi 1 pertanyaan di pagi hari. Kelima murid pertama yang mengerjakannya akan mendapatkan nilai tambahan. Tujuannya tentu agar murid-muridnya bisa datang tepat waktu. Dila dan Luthfi adalah 2 murid yang selalu mendapatkan 'sarapan pagi'.
Setiap pagi, keduanya mengambil kertas 'sarapan pagi', mengerjakannya di bangku mereka yang bersebelahan, kemudian mengobrol.
Tentang apa saja.
Luthfi suka berbicara tentang buah-buahan di kebun milik orang tuanya. Dila suka berbicara tentang kelinci peliharaannya. Luthfi suka matematika. Dila suka IPA. Luthfi suka bercanda dan bercerita. Dila suka mendengarkan cerita lucu Luthfi saat melakukan rutinitasnya: membersihkan meja guru, menulis tanggal hari itu di papan tulis, sesekali menyapu kelas... Dila suka menata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hospitalship
Romance"Love is as unpredictable as cases coming to emergency unit" An alternate universe; telling you a story: when an accident becomes an incident, when it's not only diseases being cured, but also your feeling of love being secured."