18. Keanuragan.

550 57 10
                                    

"Always laugh when you can, it is cheap medicine."

- Lord Byron


Setelah libur dua hari di akhir pekan, Ayu kembali menjalani rutinitasnya di rumah sakit. Apa lagi kalau bukan jaga. Walau libur dua hari, Ayu tidak bisa lepas dengan segunung tugas yang harus diselesaikan di apartemennya. Intinya, kalau sudah jadi residen, walaupun tidak masuk ke rumah sakit, tidak mungkin di akhir pekan tidak bekerja. Membuat laporan kasus, menulis rekam medis pasien, belajar untuk kuis, menghafalkan setiap pasien untuk persiapan ronde, dan berbagai macam tanggung jawab lainnya.

Hari ini adalah jadwal Ayu jaga di zona triase merah, zona pasien-pasien IGD dengan kondisi paling berat berada.

Baru masuk IGD, Ayu sudah melihat Gio berlari di depannya ke arah triase merah. Seorang pasien baru saja didorong masuk. Sudah ada Jaka di sebelah pasien.

Ayu duduk di meja jaganya, memperhatikan keduanya sambil menunggu operan dari temannya yang jaga malam.

"Kenapa Jak?" ucap Gio di tengah sengalan napas.

"Tn. Kusman, usia 85 tahun Bang, datang dengan keluhan penurunan kesadaran. Menurut keluarganya, udah 1 minggu ini mengeluh sakit perut, tidak bisa BAB, muntah-muntah, dan perutnya jadi membesar."

"Lanjut." tukas Gio kepada Jaka, yang ternyata bertugas jaga pagi bersama Gio hari itu.

"Setelah diperiksa, pasien somnolen*, GCS** 12, hemodinamik tidak stabil Bang. Nadi teraba lemah, takikardi, suhu febris*** 38,5. Dari pemeriksaan abdomen, ada diffuse tenderness**** dan guarding***** pada lapang perut. Pasien mengerang pas palpasi****** abdomen."

*somnolen: penurunan kesadaran, seperti ngantuk

**GCS: Glasgow Coma Scale, sebuah skoring yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien

***Febris: demam

****Diffuse tenderness: nyeri difus, tidak hanya pada satu titik saja, lebih ke seluruh bagian perut

*****Guarding: pertahanan dari dinding perut berupa perut menegang ketika dipegang

******Palpasi: perabaan


Tut tut tut.

Gio melirik ke arah monitor yang terhubung dengan pasien.

"Tekanan darah turun terus ya" Gio menggumam, lalu mengalihkan pandangannya kepada pasien. "Pak? Pak bisa dengar suara saya Pak?" tanya Gio dengan suara keras sambil memasang sarung tangan karet, bersiap untuk memeriksa pasien.

Pasien hanya menggumam tidak jelas. Gio membuktikan laporan dari Ihsan itu dengan melakukan pemeriksaan pada pasien.

Di sebelah bed, berdiri seorang pasangan suami-istri, yang Gio tebak anak dari pasien.

"Bapak, Ibu, saya Dokter Giovani dari bedah. Keluhannya tadi sakit perut, tidak BAB, muntah-muntah, dan perut membesar ya?"

"Benar, Dok.. Ayah saya kenapa, Dok? Ayah gak mau dibawa ke rumah sakit dari seminggu yang lalu, sampai akhirnya tadi malam saya ajak bicara tidak respon.." jawab anak perempuan pasien, suaranya tercekat.

Gio hanya mengangguk kepada pasien. Pertanyaan pasien belum bisa ia jawab dengan pasti berhubung banyak diagnosis banding* di kepalanya. Namun, belum ada waktu untuk menjelaskannya. Ia mengalihkan perhatiannya kepada Ihsan.

*Diagnosis banding: kemungkinan diagnosis


"Jak, udah guyur pasien?"

HospitalshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang