Juno dan Zahra duduk berhadapan di dalam salah satu restoran di Bandara. Baru saja keduanya memesan makanan. Setelah percakapan singkatnya saat jalan tadi, keduanya belum berbicara.
Zahra tersenyum menatap Juno yang juga tersenyum padanya. Bingung mau bicara apa. Perasaan sudah banyak ingin tanya, atau cerita. Zahra menunggu untuk mendengarkan Juno, seperti yang biasanya terjadi.
Juno mengeluarkan sesuatu dari tasnya dan memberikannya kepada Zahra dengan kedua tangannya. "Selamat anniv." Ucapnya, lesung pipitnya terlihat.
"Selamat anniv, hahaha." Zahra tertawa sambil menerima kado dari Juno itu dengan kedua tangannya juga. "Boleh buka?"
Juno mengangguk, menunduk, kemudian melihat Zahra lagi.
Zahra tersenyum melihat balutan lapisan kado yang tidak rapi itu. Selotip di mana-mana, lipatan kertas yang tidak lurus. Tangannya membuka bungkusan sehati-hati ia membuka surat dari Juno.
Tidak perlu menebak apa, sudah jelas bentuknya segi empat. Ia menemukan sebuah buku di dalamnya. "Ini... Max Havelaar?" Alis Zahra berkerut melihat ekspresi Juno yang tidak berubah. Buku itu tidak terlihat baru. Ia buru-buru membuka halaman tengahnya untuk memastikan dugaannya.
Ada lingkaran cokelat di sana. Bekas tetesan kopi Juno saat membacanya dulu. Dulu menyebalkan sekali untuk Zahra yang tidak menyukai pembaca yang tidak berhati-hati dengan bukunya. "Ini buku yang waktu itu kita baca jaman kuliah dulu?"
"Iya. Wah, Zah." Juno mengambil buku itu dari tangan Zahra, kemudian memegangnya dengan satu tangan, menghentakkan bukunya di udara sambil bercerita. Tangannya yang lain bergerak ikut-ikutan menjelaskan.
"Aku seminggu yang lalu ke perpustakaan pusat nyari buku itu, taunya udah gak ada. Terus karena ngarep banget, aku nemuin penjaga perpustakaannya. Ternyata ada katanya, cuma masih dipinjem orang. Itu juga belum tentu buku yang sama yang kita baca dulu kan? Terus 3 hari kemudian aku ke sana lagi, ternyata ada, pas aku liat ternyata beneran masih buku yang sama! Aku cari tulisan kita dulu, tapi udah gak ada di dalam bukunya. Langsung tuh aku ke penjaga perpustakaannya bilang kalau aku mau beli boleh gak, gak boleh ya ternyata hahaha. Tadinya aku mau pinjem terus bilang ilang terus bayar dendanya aja, tapi gak enak banget rasanya kayak nyuri. Akhirnya aku bilang 'titip ya bukunya Pak, saya mau barter sama buku yang baru. Saya ke toko buku sekarang' terus karena udah kesorean dan mau tutup katanya gak boleh. Akhirnya aku baru bisa ke sananya 2 hari yang lalu. Untung bukunya masih ada dan untung penjaga perpustakaannya ngebolehin barter, kalau engga sayang banget kan, Zah?"
Zahra tertawa melihat Juno berapi-api bercerita. Ia jadi teringat kisahnya dulu.
---
Malam itu Zahra baru pulang dari acara kegiatan organisasi di kampusnya. Ia masuk ke dalam kamarnya, ia mengingat pertemuan pertamanya dengan Juno saat istirahat tadi di kafe perpustakaan pusat.
Pertemuannya sangat singkat, hanya bertukar buku bacaan, kemudian Juno pamit karena harus kembali ke kampusnya. Sepertinya jadwal anak FK memang lumayan sibuk.
Setelah mandi, Zahra membuka buku yang dipinjamnya dari Juno di atas meja belajarnya. Pada halaman awalnya, ia menemukan sebuah amplop putih yang terselip. Ia membuka isinya, surat rupanya.
Zahra bisa mengenali pemilik tulisannya. Tulisan yang miring ke arah kanan, 'a' kecil yang benar-benar tertulis 'a', akhiran huruf 'g' yang ditarik ke bawah kemudian dilengkungkan ke atas, namun akhiran huruf 'y' tidak dilengkungkan ke atas, ujung atas huruf 'f' yang terlalu menukik ke bawah...
Baris pertamanya tertulis:
Jangan baca kalau belum selesai baca bukunya! Isinya review. Full of spoilers.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hospitalship
Romance"Love is as unpredictable as cases coming to emergency unit" An alternate universe; telling you a story: when an accident becomes an incident, when it's not only diseases being cured, but also your feeling of love being secured."