42. KDRT

307 32 0
                                    

"Permisi, Bang, residen anak kan? Saya Mila dari Bedah Plastik, mau minta tol-op pasien" seorang residen perempuan menghampiri Luthfi, membuat Luthfi menengok ke arah residen itu.

Sepersekian detik ia tampak terkejut, sudah pasti karena ketampanan Luthfi... dan tatapannya yang tajam. Tidak mengherankan, sungguh. Apalagi jika dilihat-lihat, Mila masih mengenakan name tag dengan garis merah melintang, residen baru.

"Eh- itu- iya, saya Mila, dari bedah plastik, mau konsul tol-op pasien, Bang."

Luthfi melepas stetoskopnya dan mengalungkannya di leher. "Sorry kurang kedengeran tadi pake stetoskop. Gimana?"

Luthfi mengangguk. "Gue Luthfi. Dengan apa?" ia mengambil status yang dipegang Mila.

"Luka bakar scald grade IIA-IIB..." Mila tidak sadar ucapannya terhenti sampai Luthfi menatapnya kembali. "-kurang lebih 35% TBSA* pro debridement besok jam 9." lanjutnya.

*TBSA: total body surface area. Perhitungan luas luka bakar

"Waduh, luas juga. Oke, langsung aja anter, Mil."

Ada yang salah. Saat sedang memeriksa pasien di depannya, Luthfi melihat ada banyak luka memar di tubuh mungilnya.

"Kok biru-biru begini ya, Ma?" tanya Luthfi kepada ibu pasien yang berdiri di sampingnya, menunjuk titik-titik memar yang dimaksudnya. Warnanya juga berbeda-beda, ungu, biru, hijau, kuning... menunjukkan waktu terbentuknya memar yang berbeda-beda.

"Iya Dok, dia anaknya aktif.. Sering jatoh pas lari-lari" jawab ibu pasien. Dilihatnya ibu pasien sedang mengandung.

Tapi ini terlalu banyak...

"Jatohnya pernah ada yang serius sampe harus dibawa ke Dokter?"

"Engga kok, Dok, jatoh-jatoh biasa aja..."

Tapi kenapa di tangan kanannya ada deformitas gini? Gak sama kaya lengan kirinya.. Terus, kenapa di lengan kanan ibunya juga ada memar?

"Nuri tinggal sama siapa aja, Ma?" tanya Luthfi lagi, perasaannya semakin tidak enak.

"Sama saya sama suami saya Dok, bertiga aja kami."

Luthfi mengangguk. "Jadi tadi anaknya naik kursi mau naik ke atas meja dapur, terus kesiram air mendidih sendiri?" Luthfi mengulangi cerita yang tadi disampaikan kepadanya oleh ibu pasien.

"Iya, Dok."

Aneh, pola lukanya gak cocok. Ini luka bakarnya ada di punggung dan kaki bagian belakang...

Luthfi memandang Ibu pasien, menimbang-nimbang kemungkinan yang terjadi, apakah dia orang yang tepat untuk Luthfi tanyakan lebih dalam?

"Ibu lihat sendiri kejadiannya?"

"Iya, Dok."

"Ayahnya mana?"

"Ayahnya lagi nunggu di luar Dok... makan dulu."

"Hm." Ucap Luthfi. "Saya tinggal dulu ya."

Luthfi meninggalkan keduanya, menuju IGD obgyn untuk menemui sahabat sehidup sematinya, mencari bala bantuan. Luthfi tahu James adalah orang yang paling ahli dalam hal membuat pasien terbuka padanya. Mungkin pesona James yang sangat memikat, berhasil meluluhkan hati para mama-mama. Maklum, sebagai seorang PPDS Obgin, sehari-hari pun James selalu berurusan dengan perempuan, kan.

Ruang perawatan anak dengan Obgyn tidak jauh, bahkan masih satu lantai. Setelah bertanya pada salah satu residen yang juga sedang berjaga, Luthfi berjalan menuju kamar bersalin tempat James berada sekarng.

HospitalshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang