32. "Gue gak tega liat Bang Gio.."

548 50 0
                                    

"By medicine life may be prolonged, yet death will seize the doctor too."

- William Shakespeare


Jarang sekali hal ini dapat terjadi. Enam orang duduk memenuhi meja persegi panjang yang paling luas di kantin Bu Neneng.

Juno, Jin, dan Luthfi mengambil tempat duduk di dekat tembok, sedangkan Jaka, James, dan Ihsan mengambil tempat duduk di hadapannya. Gio belum hadir di kantin Bu Neneng. Namun, untuk dapat mengumpulkan enam orang saja sudah susah setengah mati. Memang waktu mereka dapat berkumpul lengkap bertujuh paling hanya terjadi beberapa kali dalam setahun karena kesibukan yang berbeda-beda.

Hari ini mereka dapat berkumpul karena ada acara khusus, sudah tiga orang yang resmi berpacaran. Gio-Ayu, Ihsan-Lisa, dan James-Giani. Yang paling pertama berpacaran malah belum hadir ditengah-tengah mereka. Bagi Jin sih, yang berpacaran sudah 4 orang, termasuk dirinya. Tapi bagi yang lain, tidak masuk hitungan, karena hubungan Jin tidak ada buktinya.

"Bang Gio mana sih?" tanya James sambil mengunyah tempe mendoan yang masih hangat baru dibawa oleh Jaka dari dapur Bu Neneng.

"Lagi stress." jawab Jin singkat.

"Kenapa?" tanya Juno yang masih meniup-niup tempe mendoan panas itu.

"Pasiennya meninggal di OK beberapa hari yang lalu, Bang."

"Ah, pantesan." jawab Juno yang sudah tahu sikap Gio apabila ada pasiennya yang meninggal. Juno memang yang paling lama berteman dengan Gio. Ia tahu apabila baru saja ada nyawa yang melayang di tangan Gio, Gio pasti akan menyendiri, caranya untuk menenangkan pikirannya.

"Iya, empat hari yang lalu kejadiannya. Kasihan gue liatnya. Padahal bukan salah Bang Gio juga." jelas Ihsan.

"Emang ceritanya gimana?" Luthfi bertanya penasaran. James dan Juno yang berbeda departemen dengannya juga ikut penasaran.

Sedangkan Jin, Ihsan, dan Jaka yang sama-sama residen bedah tentu tahu kejadian itu karena telah dibahas di laporan pagi.

"Jadi..." Ihsan membuka suara. "Pasiennya kemarin trauma tembus abdomen. Korban pembegalan, perutnya ditusuk pisau. Masuk ke IGD kan udah distabilin, langsung persiapan OK.

Cuma kendala, karena pasiennya gak punya jaminan BPJS*, jadi keluarganya masih mikir mau dioperasi gak nih pasiennya. Akhirnya operasinya ketunda, pasien telat naik OK. Mana pasiennya juga ada hipertensi tidak terkontrol sama penyakit jantung koroner**. Ada riwayat pasang ring juga.*** Akhirnya, setelah berusaha diyakinkan untuk dioperasi aja, pasiennya masuk ke ruang OK."

*BPJS: Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Dalam bidang kesehatan, terdapat BPJS Kesehatan, yang memfasilitasi masyarakat Indonesia untuk mendapatkan pengobatan secara gratis. Jenis penyakit dan pengobatan yang dapat diberikan secara gratis sudah ditentukan oleh pemerintah, salah satunya adalah operasi kasus trauma

**Penyakit jantung koroner: kondisi pembuluh darah jantung tersumbat oleh timbunan lemak

***Ring: salah satu tatalaksana pada penyakit jantung koroner, dengan memasang ring besi untuk melebarkan pembuluh darah yang tersumbat

"Jadi bayar umum, Bang?" selak Luthfi.

Masalah pembayaran biaya rumah sakit memang masalah yang sangat sering ditemukan. Seringkali pasien meninggal tidak tertolong karena perkara tidak punya jaminan kesehatan dan keluarga pasien keberatan untuk membayar biaya perawatan rumah sakit.

"Kurang tahu gue kalau itu. Kalau gak salah akhirnya ngurus BPJS dulu juga keluarganya apa gimana gitu. Gue belum tanya-tanya lagi." jawab Ihsan.

"Nah oke lanjut... Gio udah konsul ke Bang PD segala macem, udah acc buat naik operasi. Pas lagi operasi, tiba-tiba pasiennya gak stabil. Pas liat monitor, STEMI pasiennya."

HospitalshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang