"Medical science is making such remarkable progress that soon none of us will be well."
- Aldous Huxley
Ayu ingat bahwa persediaan snacknya sudah menipis sehingga sore ini ia tidak langsung naik ke kamarnya yang berada di tower 2, tetapi singgah dulu ke minimarket yang terletak di lobi tower 1.
Setelah memilih 'senjata-dikala-lapar-menyerang-malam-hari', Ayu menimbang-nimbang rencana selanjutnya.
Malam ini, pesen makan online, beli di depan apartemen, atau masak mie aja yah?
Ayu memang tidak pandai memasak. Ilmu potong memotong atau membedakan garam gula sih ada, tetapi kalau sudah disuruh masak sampai tuntas, Ayu angkat tangan. Ayu berdiri diam sejenak di depan minimarket sebelum memutuskan pilihan yang akan membawa langkah kakinya ke tujuan yang berbeda.
Lah? Itu kayaknya Dokter Gio.
Ayu melihat Gio berjalan ke arah lift dengan membawa tas ransel berwarna hitam di punggungnya. Ia mengenakan jaket hitam menutupi baju jaganya. Name tagnya saja masih menggantung, belum terlepas.
Jaga mulu, pikir Ayu. Lupa akan nasibnya sendiri. Bentar, kok Dokter Gio jalannya kayak sempoyongan sih?
Ayu pun mendekat ke arah Gio. Semakin dekat, semakin terlihat wajah Gio yang pucat pasi. Tangan kanannya sibuk memijat-mijat belakang lehernya sendiri. Beberapa kali Gio mengerjapkan kedua matanya kuat-kuat. Rasanya diatas kepala Ayu sekarang ada sosok malaikat dan iblis yang sedang beradu. Yang malaikat menyuruh Ayu untuk mendekati Gio dan menanyakan ada apa yang terjadi, yang iblis menyuruh Ayu untuk kabur saja. Toh, Gio juga lagi melakukan permainan bisu dengan Ayu. Kalau Ayu samperin terus malah dikacangin lagi, gimana? Kan Ayu yang menanggung malu.
Saat sedang bengong (berpikir), Ayu menangkap basah Gio yang berjalan sudah sempoyongan, sampai harus berpegangan pada tiang di sebelahnya. Atas dasar kemanusiaan dan ketidaktegaan, Ayu pun mengusir iblis di atas kepalanya dan menangguk pada sang malaikat.
"Dokter Gio?" panggil Ayu saat sudah berada di belakang Gio.
"Eh, Yu." Gio menoleh kepada Ayu, menegakkan tubuhnya, kemudian menghadap lift kembali.
"Dokter sakit?"
"Enggak." Gio menggeleng.
"Saya tau kulit dokter putih, tapi yang sekarang ini udah kayak mayat idup. Dari tadi saya merhatiin juga Dokter jalan miring-miring, kayak gangguan keseimbangan gitu.."
"Iya.. pusing aja. Dikit."
"Bentar."
Ayu merogoh tas yang berisi alat pemeriksaan fisis yang masih ia selempangkan di bahu kanannya. Maklum, residen IPD, semua alat harus lengkap. Ayu mengeluarkan termometer infrared tembak dan mengarahkannya ke dahi Gio. Yang diperiksa hanya bisa pasrah.
Ting. Lift terbuka. Gio melangkah masuk ke dalam lift, Ayu mengikuti dengan cepat sambil membaca hasil pengukuran suhunya.
"Dok, ini 38,9! Masih bilang pusing dikit!"
"Alat kamu kali yang error, abis baterai" ucap Gio sambil menekan tombol lantainya.
"Orang baru kemaren aja diganti baterainya"
"Rusak berarti. Saya gak demam."
Ayu menempelkan telapak tangan kanannya di dahi kanan Gio dan telapak tangan kirinya di dahinya sendiri. "Panas banget!" ucapnya sambil menurunkan tangannya. "Selain demam apa lagi yang dirasain? Nyeri kepala ada?" tanya Ayu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hospitalship
Romansa"Love is as unpredictable as cases coming to emergency unit" An alternate universe; telling you a story: when an accident becomes an incident, when it's not only diseases being cured, but also your feeling of love being secured."