11 | Superhero

827 59 0
                                    

[Lo udah punya cowok?]

Pesan yang Arkala kirim kemarin, sampai sore ini belum juga dibalas oleh si penerima.

Entah ke mana Sera seharian ini. Chat hanya dibaca, tak terlihat di kantin atau di lapangan. Ingin menghampiri ke kelas, Arkala dihalangi oleh harga diri.

Memang, pemuda itu sedang menjalani penjajakan. Masih berusaha mencari celah untuk bisa membuat Sera meliriknya. Arkala masih di rencana semula, ingin menjadikan Sera pacar. Namun, Arkala juga punya harga diri.

Selain terlalu cuek padanya, menurut Arkala Sera ini sedikit aneh. Gadis itu bisa membuatnya tak sadar sudah kelewat batas.

Satu misal, peristiwa di perpustakaan. Mana pernah sejarahnya Arkala memeluk cewek lebih dulu. Sedangkan di kasusnya Sera, ia duluan yang maju. Alasannya, simpati, prihatin pada kisah hidup si gadis.

Berusaha tetap pada rencana, tetapi juga membatasi dirinya sendiri, seharian ini harusnya Arkala memerhatikan Sera dari jauh saja. Namun, sejak pagi, gadis itu tak tampak. Bukan absen, menurut Andre, Sera sempat terlihat di kantin saat istirahat kedua tadi.

Ini sudah pulang sekolah. Arkala juga sudah hendak pulang karena tak ada jadwal belajar bersama Sera. Namun, rasanya pemuda itu tak rela harus segera meninggalkan sekolah, sebelum melihat batang hidung orang itu.

Memasukkan ponsel ke saku, Arkala menuruni tangga bersama siswa-siswa yang juga akan pulang. Matanya awas melihat ke segala penjuru arah. mencari sosok Sera. Namun, masih tak ditemukan. Sampai arkala tiba di tempat parkir untuk mengambil motor, gadis bermata coklat itu masih tak tampak.

"Arkala!"

Arkala dengar dirinya dipanggil. Namun, terlalu malas untuk menoleh karena yang memanggil tadi pasti bukan Sera.

Ka. Biasanya, Sera menyebut namanya demikian.

"Ar! Tolongin gue!"

Tiara muncul di samping motor Arkala dengan wajah panik. Gadis itu sepertinya berlari karena terlihat lumayan terengah.

"Sera. Sera dikerjain sama Kak Bima. Tolongin dia. Susulin, gue nggak berani."

Pemberitahuan singkat Tiara itu menjadi alasan Arkala kembali berlari menuju gedung sekolah. Pemuda itu menuju tempat yang Tiara sebutkan tadi. Gudang kursi dan meja lama di belakang sekolah. Tak jauh dari tempat sebelumnya Santi merisak Sera.

Seraya mempercepat larinya, Arkala menggerutu. Mengapa bisa Sera sebodoh ini? Apa tidak belajar dari pengalaman dengan Santi? Mengapa mau diajak ke tempat sepi tanpa teman? Oleh Bima pula, yang sama jahatnya dengan Santi.

Tiba di gudang belakang dengan napas tersengal, Arkala langsung disuguhi pemandangan yang membuat emosi memuncak.

Sera tengah dipojokkan Bima ke dinding luar gudang.

"Gue dengar dari bokap gue, lo itu anak adopsi, ya? Anak pungut aja sombong lo!" Bima yang bertubuh lebih tinggi dari Sera meninju dinding di belakang si gadis. Tepat satu senti di samping kepala Sera.

"Lo mau ngomongin ini?" Sera mengangkat wajah. Menatap berani pada Bima.

Sesuatu yang membuat Arkala menahan langkah untuk mendekat. Ia jadi penasaran sehebat apa Sera bisa membela dirinya sendiri.

"Iya. Gue nggak habis pikir aja. Anak pungut kayak lo berani-beraninya nolak gue. Lo merasa cantik banget gitu?"

Akar dari kekesalan Bima pada Sera adalah karena gadis itu menolak dijadikan pacar. Bima yang notabene merupakan siswa tersohor merasa haga dirinya diinjak dan ingin memberi Sera sedikit serangan kejut sebagai balasan.

First (Touch Your Heart) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang