12 | Superhero (2)

827 58 0
                                    

Mengendarai motornya ke sekolah pagi ini, pikiran Arkala terbagi dua. Antara jalanan dan pertemuannya dengan Riandi dan Julian kemarin malam.

Arkala mengantar Sera sampai ke rumah kemarin. Pemuda itu, walau sudah dilarang Sera, menceritakan ulah Bima.

Seperti prediksi Arkala, Riandi dan Julian tampak murka. Dua pria itu berkata akan mengurus hal tersebut ke pihak sekolah dan berulang kali menanyai keadaan Sera.

Sera? Meski terlihat sedikit pucat, gadis itu tetap konsisten dengan wajah datarnya. Hanya sesekali melirik tajam pada Arkala.

Masalah yang mengganggu pikiran Arkala pagi ini adalah permintaan Riandi dan Julian.

Dua kali sudah ia menjadi penolong bagi Sera. Sebenarnya itu kebetulan saja. Arkala juga sudah menjelaskannya. Namun, ayah dan kakaknya Sera kukuh meminta bantuan.

Arkala dimintai tolong menjaga Sera selama di sekolah. Memastikan gadis itu aman, terhindar dari siswa-siswa yang jahat seperti Santi dan Bima. Tanpa sepengetahuan Sera.

Terang-terangan Riandi berkata bahwa itu tidak gratis. Cukup tergiur dengan nominal yang ditawarkan, Arkala tak langsung menyetujui karena ia mendadak penuh belas kasih.

Arkala tersentuh dengan cara Riandi dan Julian menjaga dan menyayangi Sera. Gadis itu bahkan bukan darah mereka, tetapi kemarin malam, Arkala jelas melihat Riandi dan Julian berkaca-kaca saat Sera menceritakan apa yang terjadi dan dialami saat di dalam gudang yang gelap.

Tidak enak. Merasa diri sangat jahat. Arkala berjanji akan memberi jawaban atas tawaran itu hari ini.

Bukan apa-apa. Arkala sudah mendapat upah dari Sera sebagai pengajar gadis itu. Belum lagi, Sera selalu loyal padanya. Mengganti bensin, membelikan camilan dan minuman kala Arkala menjadi tutor. Ditambah, pemuda itu juga masih punya satu rencana lagi.

Mengiyakan tawaran Riandi, menjadi guru les Sera, menjadi pacar Sera. Arkala menjadi sangat jahat sekali. Ia seakan menjadikan Sera tambang emas yang akan dikeruk habis-habisan.

Tak terasa, motor itu sudah tiba di parkiran sekolah. Turun dari sana dan berjalan menuju kelas, pemuda itu merasa dirinya menjadi pusat perhatian.

Beberapa siswi berbisik usai melihatnya. Yang di lantai dua diam-diam menunjuk ke arahnya sambil mesem-mesem.

Itu aneh dan keanehan itu terjawab saat Arkala sudah sampai di kelas. Budi yang bercerita.

Berita soal dirinya yang memukul Bima kemarin sudah tersebar. Kata Budi, sekolah gempar. Para siswi semakin menggilai Arkala.

"Lo belajar bela diri di mana, Ar?" Budi buka suara lagi usai bercerita dengan berapi-api.

Arkala menggeleng. Mana pernah ia belajar hal demikian. Otodidak saja. Dari tetangga yang kebetulan preman atau dari pengalaman di tendang dan dipukul ayahnya dulu sekali.

"Lo beneran suka sama Sera, ya?" Kali ini Andre yang bertanya. Ia heran saja. Arkala yang tak pernah sekali pun terlibat pertengkaran, sampai memukul kakak kelas karena seorang gadis. Kalau bukan serius, apa namanya?

Gerakan tangan Arkala yang hendak membuka lembaran buku pelajaran terhenti. Pertanyaan itu, entah kenapa sulit sekali ia jawab sekarang.

Kembali akan membalik halaman buku, Arkala diinterupsi oleh suara salah satu teman sekelasnya. Dewi.

"Ar, cewek lo sakit, ya? Nggak ditengokin di UKS?"

***

Menahan diri. Arkala hanya sanggup menahan keinginan untuk tidak ke UKS sampai jam istirahat. Saat bel tanda rehat itu bergema nyaring, ia segera melesat ke tempat Sera.

First (Touch Your Heart) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang